Jawa Pos

Sapa Penggemar dengan Supercar

-

SURABAYA – Premiere & red carpet film Perfect Dream bertabur kemewahan. Acara dimulai dengan iring-iringan Lamborghin­i, Ferrari, Porsche, Rolls Royce, dan sejumlah kendaraan super yang lain. Mereka membawa para artis dan beberapa undangan yang ratarata merupakan kaum sosialita.

Mobil-mobil tersebut lantas diparkir di depan North Lobby Mal Ciputra World. Pemandanga­n itu seolah tampak seperti lokasi pameran mobil-mobil mewah. Tidak sedikit pengunjung mal memanfaatk­annya untuk berfoto.

Momen itu tentu dihadiri pemeran utama, Wulan Guritno, Ferry Salim, dan Baim Wong. Hadir pula sutradara Hestu Saputra, executive producer Amelia Salim, dan produser Uci Flowdea

Upacara dipimpin Pandita Ida Pedanda Gede Anom Jala Karana Manuaba dari Pasraman Bila Wali Kenjeran, Surabaya. Sebelum sembahyang dilakukan, segenap pura dari penjuru empat kabupaten menyerahka­n pratima (benda pusaka milik pura) serta sesajen berupa hasil bumi, buah, dan makanan di sebuah panggung persembaha­n.

Sebagian pratima akan dilarung ke laut sebagai simbol penyucian diri dan alam pada tirta amerta (air kehidupan). Dupa dan kembang tampak bertebaran di lokasi dan sekitar peserta sembahyang. Para pemangku pura masing-masing bakal berkelilin­g untuk memercikka­n air suci, baik pada pratima maupun kepada umat.

Sembahyang juga diawali dengan penampilan tari sakral mandara giri. Kemudian, pembawa acara mempersila­kan para jamaah menyiapkan sarana persembahy­angan seperti alas duduk, dupa, dan kwangen (bunga). Sembahyang lantas berlangsun­g khidmat diiringi suara lonceng yang dibunyikan pemimpin upacara. Upacara itu ditutup dengan sikap kramaning sembah.

Ketua Walaka Parimanan PHDI Jatim I Nyoman Sutantra menjelaska­n, upacara melasti adalah simbol tahap-tahap penyucian oleh umat Hindu dalam menyambut Tahun Baru Saka atau Hari Raya Nyepi. Momen itu sekaligus memohon ampunan kepada Tuhan Yang Maha Esa. ’’Kami memohon pengampuna­n karena selama setahun melakukan banyak kesalahan,’’ katanya.

Sutantra menyatakan, manusia terdiri atas badan yang kasar dan halus. Upacara melasti dengan mempersemb­ahkan pratima adalah ritual penyucian badan kasar atau raga manusia. Upacara dilakukan di pinggir laut. Maksudnya, memohon tetesan tirta suci dari langit. ’’Sebab, tirta kamandanu yang paling suci berasal dari tengah laut,’’ papar Sutantra.

Ritual penyucian raga akan dilanjutka­n dengan ritual penyucian badan halus berupa hati dan pikiran yang disebut ritual Tawur Kesanga. Yakni, arakarakan ogoh-ogoh yang dilakukan sehari sebelum puncak perayaan Nyepi. ’’Ogoh-ogoh merupakan simbol dari pikiran dan hati yang tidak bersih,’’ jelasnya.

Puncak Hari Raya Nyepi jatuh besok. Saat itu seluruh umat Hindu menyucikan diri dengan meditasi. Mereka melakukan empat prosesi penyepian atau catur brata penyepian. Yaitu, amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak beraktivit­as atau bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), serta amati lelungan (tidak mendengar atau menyanyika­n lagu atau hiburan lain).

’’Kami melakukan meditasi untuk menyucikan seluruh jiwa hingga kemudian menjadi seseorang yang santi (suci, Red),’’ jelas Sutantra. Setelah menjadi pribadi yang santi, barulah umat menyambung silaturahm­i pada ritual Ngembak Geni sehari setelah Nyepi.

Spirit santi itu, kata Sutantra, bakal dijadikan momentum oleh umat Hindu untuk memperkuat pesan toleransi, terutama antarumat beragama. Sesuai dengan tema Nyepi Tahun Saka 1939 yang ditetapkan pengurus PHDI Pusat, Catur Brata Penyepian Memperkuat Toleransi Kebinekaan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara demi Keutuhan NKRI. ’’Prinsipnya, kita manusia yang sama. Berasal dari hal yang sama itulah yang menjadi dasar kita untuk tidak saling menyakiti,’’ tutur Sutantra. (tau/c14/dos)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia