Bantu Sekolah Menghemat Listrik
MENEMPUH pendidikan SMK dengan program keahlian teknik instalasi tenaga listrik (TITL), Devondia Difa Indara ingin ilmu yang diperoleh segera diaplikasikan. Minimal di lingkup sekolah. Karena itu, saat ini dia mengembangkan sistem kelistrikan berbasis eco green school.
Teknologi yang tengah dikembangkan Devon adalah sistem untuk menghemat pengeluaran listrik sekolah. Caranya, mengurangi pemakaian lampu dan air conditioner (AC). ’’Sebab, dua benda itu paling banyak menguras tenaga,’’ tuturnya.
Devon mengatakan, dirinya sering menjumpai ruangan di sekolahnya yang sudah tidak digunakan, tetapi listriknya masih menyala. Baik lampu maupun AC. Tenaga listrik terasa sia-sia karena tidak ada orang yang memanfaatkannya. Orang terakhir yang meninggalkan ruangan pun tidak berinisiatif mematikan listrik lebih dulu.
Nah, Devon lantas membuat dua alat yang bisa mematikan listrik secara otomatis. Alat pertama berfungsi untuk mematikan lampu. Setelah 5 menit tidak ada orang yang menggunakan ruangan, penerangan akan mati sendiri.
Adapun alat kedua dibuat untuk mengatur AC. Lima menit setelah orang terakhir meninggalkan ruangan, suhu AC akan naik. Batas maksimal mencapai suhu 24–25 derajat Celsius. Jika setelah 1 jam tidak ada orang lain yang masuk ke ruangan tersebut, AC akan benar-benar mati.
Bukan hanya itu. Devon juga membuat aplikasi pemantau lewat handphone. Aplikasi tersebut hanya bisa digunakan kepala sekolah. Dengan begitu, kepala sekolah bisa mengawasi ruangan yang listriknya sering lupa dimatikan. ’’ Jadi, bisa buat peringatan juga bagi yang memakai ruangan tersebut,’’ paparnya.
Untuk membuat alat-alat itu, Devon berguru di Teknik Informatika ITS selama dua pekan. Dia mengajukan proposal ke departemen itu dan diterima. Di sana dia belajar membuat kode yang tepat untuk aplikasi yang dikembangkan. Dia juga menggunakan tiga sensor khusus. Yakni, sensor suhu, suara, dan human activity.
Peranti tersebut kini masih berada dalam tahap penyelesaian. Awalnya, alat itu akan digunakan untuk mengikuti lomba kompetensi siswa (LKS). Namun, waktu yang dipunya tidak cukup. Devon segera lulus dan meninggalkan SMKN 3.
Nah, adik-adik kelasnya yang akan meneruskan. Tentu, Devon tetap memantau. ’’Semoga alat ini nantinya bisa dipakai sekolah,’’ ungkapnya. (ant/c15/fal)