Teman Masuk Sungai, Tertawa Dulu, Baru Dibantu
Bersepeda menjadi pelarian para sipir Rutan Kelas I Surabaya untuk melepas penat. Mereka tidak asal gowes. Ada rute khusus yang harus dilewati.
JUMAT merupakan hari yang ditunggu Medaeng Gowes Club. Hari itu adalah waktu bagi mereka untuk lepas dari kejenuhan. Mengumpulkan energi baru sebelum berkutat dengan aktivitas di tengah sesaknya Rutan Medaeng.
Ya, Medaeng Gowes Club memang berisi para sipir yang bertugas di Rutan Medaeng. Mereka rutin nggowes bareng sejak 2012. Dua minggu sekali, setiap Jumat. Di rutan yang terletak di Desa Medaeng, Waru, Sidoarjo, itu, Jumat adalah hari krida atau olahraga. ”Kalau tidak senam, ya nggowes. Selang-seling,” ujar Kasi Pelayanan Tahanan Rutan Kelas I Surabaya Aris Sakuriyadi.
Selain Aris, ada 20 sipir yang aktif gowes. Di antaranya, Anggre Anandayu (Kasubsi bantuan hukum dan penyuluhan tahanan), Ardian Nova Christiawan (kepala kesatuan pengamanan), Mudi Sutandio (staf keuangan dan perlengkapan), dan Jumadi (Kasubsi administrasi dan perawatan). Menurut Aris, kegiatan tersebut dilakukan untuk me- refresh pikiran. ”Pengin cari suasana yang seger,” tuturnya.
Maklum, mengurus 2.500 tahanan dan narapidana bukanlah persoalan gampang. Selalu ada masalah tiap hari. Apalagi kalau ada yang bikin onar. Karena itu, mereka benar-benar memanfaatkan waktu saat me- refresh pikiran. Termasuk mencari rute-rute khusus. ”Syaratnya harus lewat sawah dan susur sungai,” lanjutnya.
Bukan tanpa alasan mereka menetapkan dua syarat tersebut. Tujuannya, tercipta komunikasi antarindividu. ”Jika lewat jalan raya saja, jadi pada diem,” terangnya.
Saat lewat jalan berlumpur dan berair, tercipta saling kerja sama. Mereka bahu-membahu membantu jika ada yang terjebak lumpur. Apalagi jika ada yang terpeleset masuk sungai. ”Biasanya langsung ketawa, tapi terus dibantu. Ramai jadinya,” sahut Nova.
Menurut dia, momen gowes bareng tersebut bisa mempererat kerja sama dan persaudaraan. Apalagi, jumlah personel keamanan yang minim membuat Nova harus memastikan anak buahnya kompak. ”Akhirnya, hal itu menunjang kinerja kami di rutan. Komunikasi jadi lebih enak,” katanya.
Acara gowes bareng tersebut membawa kesan tersendiri bagi masingmasing personel. Anggre, misalnya. Dia masih ingat betul saat baru sebulan bekerja di Rutan Medaeng. Kala itu, pertengahan 2014, dia diajak ikut event yang cukup besar. Mereka ikut gowes dari Gunung Bromo dan finis di Malang. ” Itulah pengalaman yang tidak terlupakan karena rute perjalanannya sangat asyik,” kenangnya.
Berbeda dengan cerita Mudi. Dalam kelompok gowes tersebut, perannya cukup vital. Dia bertugas sebagai penunjuk arah atau pencari rute. Karena itu, Mudi mengaku harus blusukan lebih dulu. ”Biasanya, kalau ada waktu luang, saya jalan sendiri dulu,” ujarnya.
Rute yang dipilih Mudi tidak sembarangan. Ada syarat khusus. Yakni, jalan kecil dan sempit, ada sawahnya, serta dekat dengan sungai. Lokasinya tidak jauh dari rutan. Misalnya, di daerah Wage, Masangan, Kelopo Sepuluh, Sukodono, hingga daerah Pasar Puspa Agro. ” Nyoba-nyoba aja. Kalau sudah sesuai kriteria, besoknya langsung dilewati bareng-bareng,” terangnya.
Mudi juga bertugas memuluskan kredit sepeda yang diajukan sipir yang mau bergabung. Mayoritas memang mengaku tak sanggup membeli sepeda gunung secara kontan. Mereka perlu kredit ke koperasi karyawan. Nah, kebetulan, Mudi adalah pengurus koperasi. ”Kalau mau beli sepeda, langsung hubungi Pak Mudi. Pasti uangnya cair,” seloroh Anggre. ”Lagi pula kalau beli kontan, istri bisa ngomel di rumah,” timpal Nova dengan diikuti gelak tawa yang lainnya. (*/c16/fal)