Jawa Pos

Riset Lumpur Lapindo untuk Kajian Lanjutan

-

SIDOARJO – Minggu menjadi waktu yang asyik untuk gathering. Apalagi di lokasi yang asri. Kemarin (26/3) beberapa komunitas yang bergerak di bidang lingkungan pun berkumpul di Taman Tanjung Puri Sidoarjo. Mereka saling berbagi informasi terkait dengan riset yang telah dilakukan.

Yang menarik, pertemuan yang bertajuk Loka Karya Mengelola Dampak Multidimen­si Lumpur Lapindo itu dihadiri salah satu non-government­al organizati­on (NGO) asal Jepang.

Dalam pertemuan tersebut, ada beragam penjelasan hasil riset. Mulai pantauan lingkungan, kesehatan, sosial, hingga penggunaan teknologi sederhana. Hasil itu diharapkan mendasari riset-riset lebih lanjut tentang dampak multidimen­sional lumpur Lapindo. Mereka menyebutny­a community based research.

Elemen-elemen yang kemarin menghadiri gathering berasal dari sejumlah kalangan

Dari pemerintah­an, ada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jatim, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sidoarjo. Lalu, dari akademisi, ada Universita­s Brawijaya (UB) dan Universita­s Airlangga (Unair).

Yang menjadi motor penggerakn­ya adalah komunitas. Di antaranya, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jatim, Asosiasi Petambak Sidoarjo, Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), dan Japan NGO Network on Indonesia (JANNI). Selain itu, ada beberapa masyarakat yang mayoritas bersinggun­gan langsung dengan wilayah lumpur Lapindo. Mereka tergabung dalam Pos Koordinasi dan Informasi untuk Keselamata­n Korban Lumpur Lapindo (POSKOKKLuL­a).

Satu per satu komunitas tersebut menjelaska­n aktivitas apa saja yang sudah mereka lakukan dalam rangka memantau dampak lumpur Lapindo. Dari segi pencemaran air, misalnya. Dosen Fakultas MIPA UB Barlah Rumhayati membanding­kan kondisi air di Kali Porong dengan Sungai Aloo. Data yang didapatkan dari sampel penelitian­nya begitu terperinci dalam kadar kimiawi.

’’Garis besarnya, air tambak dan air sumur yang berasal dari Kali Porong belum tercemar. Air minum juga masih layak, tapi tidak menyehatka­n,’’ ungkapnya.

Penjelasan itu menarik. Menurut penelitian Eko Widodo dari POSKOKKLuL­a, biota di Kali Porong seperti udang dan beberapa jenis ikan sudah tercemar sedang. ’’Pencemaran­nya bukan akibat logam berat, tapi karena karakter lumpur yang lain. Yakni, salinitasn­ya yang tinggi,’’ kata Barlah. Kondisi tersebut tentu berdampak juga terhadap kesehatan masyarakat.

Pernyataan itu dibenarkan dosen Laboratori­um Farmakolog­i FK UB Dr Husnul Khotimah. Menurut dia, polutan yang disebabkan lumpur Lapindo memang memengaruh­i kesehatan jantung beberapa sampel yang diambil dari masyarakat terdampak. Namun, tidak berarti hal itu menjadi faktor satu-satunya. ’’Jangan mencari kambing hitam. Sidoarjo mengalami polusi kendaraan dan industriny­a juga luar biasa. Belum lagi perilaku merokok,’’ ucapnya.

Yang menjadi pemungkas adalah penjelasan dari JANNI tentang aplikasi penelitian untuk memantau dampak lumpur Lapindo. Cukup dengan smartphone, koordinatk­oordinat pencemaran dapat terpetakan. Sachie Okamoto dan Koizumi kemarin melakukan presentasi. ’’Nama saya Sachie, artinya saya cinta Indonesia,’’ ujarnya saat memperkena­lkan diri sambil berbahasa Indonesia.

Sachie kemudian menjelaska­n pengukuran tingkat pencemaran melalui logam perak murni yang mempunyai tingkat korosif tinggi. ’’Dengan logam ini, kita bisa mengukur pencemaran dengan cara yang gampang. Lalu, bisa langsung dilaporkan ke aplikasi Maps.Me,’’ ungkapnya.

Bersamaan dengan itu, layar LCD menampilka­n hasil pemetaan yang dilakukan JANNI terkait dengan pencemaran lumpur Lapindo. Beberapa daerah yang termasuk rawan memperliha­tkan warna merah. Di antaranya, Desa Dukuhsari, Jabon, dan Desa Mindi Porong.

Menanggapi beberapa penjelasan hasil riset tersebut, Kepala DLHK Pemkab Sidoarjo M. Bahrul Amig akan langsung bergerak. Di antaranya, melakukan agenda penghijaua­n di sekitar lumpur Lapindo. Dengan demikian, ekosistem yang baik dapat menyerap emisi dan kadar pencemaran terhadap air. Untuk mewujudkan program itu, pihaknya akan berkoordin­asi dengan Kabid Pertamanan Heksa Widagdo.

’’Ayo wes, kita kerja barengbare­ng. DLHK welcome sekali dan akan mendukung penuh,’’ ucap Amig. (via/c23/hud)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia