Hujan Deras, Banjir pun Datang
SIDOARJO – Hujan deras yang disertai angin kencang melanda Sidoarjo sejak Sabtu sore (25/3) hingga Minggu dini hari (26/3). Sebagian kawasan pun kembali tergenang air. Di pusat kota dan beberapa kawasan sekitar, ketinggian air mencapai 20 sentimeter. Namun, genangan itu terbilang relatif cepat surut.
Di Jalan Jati, tepatnya di depan Lippo Plaza, misalnya. Ketinggian air lumayan tinggi. Yakni, mencapai 30 sentimeter. Dampaknya, laju kendaraan tersendat. Sabtu petang kemacetan pun mengular di jalan yang menghubungkan pusat kota dengan kawasan Wonoayu itu
Genangan air juga terlihat di Jalan Pahlawan. Air menggenang dari jalan tersebut hingga menuju alun-alun dan kawasan Pendapa Delta Wibawa.
Di kawasan Sidokare yang selama ini menjadi langganan banjir, ketinggian air melebihi betis orang dewasa. Sebagian rumah warga juga terendam. Pemandangan serupa tampak di sekitar Mapolresta Sidoarjo dan Kelenteng Tjong Hok Kiong yang berada di sebelah selatan gedung mapolresta. Bahkan, Sabtu malam ketinggian air mencapai 40 sentimeter. Namun, genangan surut pada Minggu pagi.
Genangan air dampak hujan deras itu juga sempat merepotkan pernikahan Rosa Putri Ekasari dan Abi Anggara. Maklum, rumah mereka di kawasan Jalan Pasar Ikan, RT 12, RW 4, mendadak terendam. Dampaknya, banyak undangan yang tidak hadir. Undangan yang hadir pun terpaksa harus berbasah-basah.
Menurut Suharto, kakek mempelai perempuan, akad nikah cucunya digelar sesaat sebelum banjir. Mendapati rumah yang digunakan untuk pernikahan tergenang, pihaknya pun pasrah. ”Mau nggak mau acara resepsinya harus terus berjalan. Untungnya, akad nikah sudah selesai kemarin,” jelasnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Pemkab Sidoarjo Sigit Setyawan menjelaskan, curah hujan yang melanda pada malam itu memang begitu deras. Dampaknya, air cepat menggenangi sejumlah kawasan. Selain pusat kota, Waru dan Krembung mengalami hal serupa.
Sigit menjelaskan, upaya untuk mencegah genangan air tersebut terus diupayakan. Namun, dia mengakui masih terkendala anggaran yang terbatas. Karena itu, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan prioritas. Di antaranya, normalisasi kawasan afvoer Kali Buntung yang memanjang dari Krian hingga Waru, Sidokare di pusat kota, dan Kedungpandan di Jabon. Nah, tiga kawasan tersebut menjadi fokus normalisasi pada tahun ini.
Tahun ini normalisasi kali itu menggunakan metode sewakelola untuk kali pertama. Sebelumnya, normalisasi menggunakan tenaga rekanan. Alokasi dana swakelola sekitar Rp 11 miliar. Dengan swakelola, Sigit berharap pekerjaan normalisasi berjalan lebih optimal. Sebab, sejauh ini kinerja rekanan dalam melaksanakan normalisasi kurang maksimal.
Total dana yang disiapkan pemkab sekitar Rp 139 miliar. Selain untuk melaksanakan normalisasi, dana tersebut digunakan untuk memelihara saluran dan membuat jaringan air yang baru. Sigit berharap warga bersabar dalam mengahadapi banjir. Yang pasti, pemkab akan bekerja semaksimalnya dalam menangani banjir.
Namun, dia juga meminta warga ikut bekerja sama dalam melakukan tindakan pencegahan. Misalnya, tidak membuang sampah sembarangan. Sebab, berdasar pantauan, sedimen yang berada di dasar saluran didominasi sampah rumah tangga. (jos/c10/hud)