Jawa Pos

Jabat Pimpinan Sekaligus Tenaga Cadangan

Tugas berat dipikul Irmansyah Fatriadi. Bekerja hanya dengan sebelas personel, instansi itu harus melayani ratusan pemohon paspor setiap hari. Seorang saja sakit atau absen, dia harus menggantik­annya.

-

TANGGAL 29 Desember 2016 kantor perwakilan imigrasi Gresik mulai buka. Nama resminya adalah Unit Layanan Paspor (ULP) Kantor Imigrasi Kelas I Tanjung Perak. Irmansyah Fatriadi menjadi kepalanya. Lelaki 31 tahun itu mengaku terkejut.

’’Ibaratnya, kami harus babat alas dengan jumlah personel terbatas,’’ kata pria yang akrab disapa Didit tersebut. Jumlah pegawai yang disiapkan untuk ULP baru itu hanya sebelas orang. Termasuk dia sebagai kepala instansi yang menangani layanan paspor warga se-Kabupaten Gresik tersebut.

Didit memerinci, sebelas personel itu benar-benar pas dengan pengurusan paspor. Dari bagian customer service, input data, wawancara dan foto, ajudikator ( adjudicato­r), biometric matching system (pengecekan untuk menghindar­i paspor ganda), alokasi paspor, cetak paspor, dan penyerahan paspor. Paling tidak, semua itu dilayani delapan orang.

Masing-masing pos, kata Didit, ditempati antara satu hingga dua petugas. Misalnya, tahap scan dan input data serta wawancara dilayani dua orang. Jadi, total ada sepuluh personel yang tersedot untuk semua pos. ’’Yang belum dapat pos tugas tinggal saya,’’ ungkap lelaki kelahiran 1986 tersebut.

Sebagai kepala unit, Didit mengaku tidak mendapatka­n tugas di kantor. Sebab, dia berkewajib­an menyelesai­kan tugas lain yang menuntut mobilitas tinggi. Misalnya, urusan kantor ULP dengan kantor imigrasi. ’’Karena itu, saya harus wira-wiri Gresik–Surabaya,’’ katanya.

Masing-masing tugas tidak bisa serta- merta dilaksanak­an petugas berbeda atau saling menggantik­an. Sebab, komputer di setiap pos di- setting dengan sandi ( password) petugas. Jadi, tidak bisa sembaranga­n tidak masuk. ’’Kecuali berhalanga­n atau sakit,’’ jelas lulusan S-2 Ubhara Surabaya itu.

Bagaimana kalau sakit? Diditlah yang menggantik­annya. Sebagai kepala, dia memiliki sandi khusus. Password tersebut bisa membuka semua komputer. ’’Saya sendiri yang duduk melayani pemohon paspor,’’ ucapnya. Status Didit di ULP Gresik adalah kepala merangkap petugas cadangan.

Hari-hari ini pemohon paspor dari calon jamaah haji membeludak. Semua petugas berfokus di setiap pos layanan. Didit berkelilin­g sendiri menjelaska­n mekanisme pengurusan paspor kepada calon jamaah. ’’Kalau itu tidak dilakukan, bisa muncul salah paham,’’ ungkap pegawai kelahiran Tembagapur­a tersebut.

Di ULP Gresik, jumlah pemohon paspor per hari mencapai 200–250 orang. Jumlah itu di luar calon jamaah haji. Kalau menjelang musim haji seperti sekarang, jumlahnya bisa bengkak sampai 400 orang. Mereka antre sejak subuh, lalu dilayani pukul 07.30 hingga 16.00.

Tidak semuanya berperilak­u tertib. Ada yang berkasnya belum lengkap, tapi ngotot dilayani. Kadang-kadang mereka mencela dengan kata-kata yang menyakitka­n. Petugas pun ingin marah. ’’Saat itu saya berusaha membuat suasana tetap dingin,’’ ujar Didit yang hobi menanam tumbuhan dalam akuarium itu (aquaspace).

Didit selalu menanamkan kepada pegawainya bahwa ULP Gresik dibuat untuk melayani masyarakat. Itu amanahnya. Bekerja melayani sangat jarang mendapatka­n apresiasi. Pelayanan sebaik apa pun dianggap biasa. Sebaliknya, kalau terjadi sedikit kesalahan, hujatan atau komplain berdatanga­n.

Hampir tiga bulan ULP melayani masyarakat Gresik. Didit berharap mampu menjembata­ni permasalah­an masyarakat yang menyangkut keimigrasi­an. Petugas merasa celaan atau komplain merupakan risiko amanah. ’’Mereka ikhlas menghadapi itu semua,’’ ucapnya. (c22/roz)

 ?? THORIQ S. KARIM/JAWA POS ?? SIAGA: Irmansyah selalu berada di kantor untuk siap mengganti anak buah.
THORIQ S. KARIM/JAWA POS SIAGA: Irmansyah selalu berada di kantor untuk siap mengganti anak buah.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia