Jawa Pos

Masih Vakum, Bukan Bubar

-

PANGGUNG megah terpampang luas. Para pemain silih berganti masuk ke panggung. Ada sekitar 15 pemain yang mengenakan kostum sesuai dengan lakon yang dimainkan. Bunyi lonceng keras menandakan mulainya teater di atrium Perhimpuna­n Pelajar Indonesia-Amerika (PPIA) Surabaya.

Aksi berjudul Metafora dari Sebuah Koran Pagi tersebut berlangsun­g 45 menit. Suara gemuruh datang dari tepuk tangan ratusan penonton. Pementasan tersebut menjadi debut sekelompok seniman yang menamakan diri Teater Api Indonesia (TAI).

Ingatan tentang penampilan pada 1993 itu masih tersimpan rapi di benak Wiji Utomo. Dia adalah satu di antara 15 pendiri TAI. ’’Sudah lama sekali rasanya. Tapi, saya masih ingat,’’ ujarnya pada Jumat (24/3). Selain Wiji, ada beberapa seniman Surabaya yang masuk dalam TAI. Di antaranya, Luhur Kayungga, Dedi Obeng, Mochamad Sholeh, Fatah Hidayat, dan Bambang Ginting.

Jawa Pos menemui Wiji di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW). Di sekolah seni tersebut, Wiji menjadi salah seorang mahasiswa seni rupa. ’’Jam 1 siang saya ada kuliah. Mari ngobrol di sana saja,’’ jawabnya saat dihubungi sehari sebelumnya.

Dia menyatakan, TAI masih ada hingga saat ini. Hanya, TAI tidak aktif bermain lagi seperti era 90-an. ’’Bukan bubar lho. Masih ada TAI,’’ tegas pria 47 tahun tersebut. Lantas, di manakah para pemainnya saat ini?

Wiji menerangka­n bahwa para pemain TAI kini sibuk dengan bidang masing-masing. Dia, misalnya, kini mendalami ilmu seni rupa di STKW. Kadang dia juga menjadi guru seni di SMA/SMK di Surabaya. TAI didirikan dari perkumpula­n seniman ’’pemberonta­k’’. Sebutan itu disematkan kepada para pemain yang bergabung di lebih dari satu kelompok teater. Bisa dibilang mereka ’’selingkuh’’. Ya, memang, lanjut Wiji, tidak ada peraturan khusus terkait dengan hal tersebut.

Mendekati 2000, TAI sudah tidak banyak Mulai 2005, mereka vakum. Saat ini Wiji belum dapat memastikan kapan TAI akan bangkit kembali. Meski begitu, masih ada harapan. Ada cita-cita ingin kembali tampil. Sejak 2015, TAI menjadi sebuah yayasan. Mereka memiliki struktur dan organisasi pengelolaa­n. ’’Penginnya bisa kumpul lagi dan nggarap lagi,’’ tandasnya. (bri/c14/jan)

 ??  ?? manggung.
manggung.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia