Jawa Pos

Kurangi Personel Keamanan

Dalam Pilkada Putaran Kedua

-

JAKPUS – Putaran kedua pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI tinggal menghitung hari. Kurang 21 hari lagi, pesta demokrasi untuk mencari Jakarta 1 diselengga­rakan.

Jajaran Polri dari Mapolda Metro Jaya dan KPU DKI menyelesai­kan skema teknis pengamanan kemarin. Ada beberapa skema yang berubah. Misalnya, pada putaran kedua, setiap TPS dijaga seorang polisi dan tentara.

Hal itu dibenarkan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M. Iriawan. Dalam keterangan resminya di kantor KPUD DKI, Salemba, Senen, Jakarta Pusat, Iriawan menyatakan bahwa ada sedikit perbedaan skema pengamanan antara putaran pertama dan kedua.

Perbedaan tersebut terletak pada jumlah personel yang dikerahkan. Untuk putaran kedua, pihaknya hanya mengerahka­n sekitar 21 ribu personel. Putaran pertama, Polri mengerahka­n sekitar 33 ribu personel.

’’Putaran pertama ada DKI, Tangerang, dan Banten. Sekarang (putaran kedua, Red), hanya DKI. Jadi, ada penguranga­n personel,’’ jelasnya.

Bukan hanya itu, perubahan juga dilakukan pada personel yang berjaga di setiap tempat pemungutan suara (TPS). Pada putaran pertama, ada dua polisi dan tentara di empat TPS. Selanjutny­a, untuk putaran kedua, seorang polisi dan tentara di tiap TPS.

’’Untuk Linmas, tetap ada lah kami. Jumlah Linmas belum update lagi,’’ terangnya.

Menurut Iriawan, perubahan tersebut merupakan hasil evaluasi putaran pertama. Dia mengungkap­kan, pada putaran I banyak intimidasi yang didapat pasangan calon (paslon).

’’Saya tidak perlu menyebut siapa paslon yang mendapatka­n intimidasi. Karena itu, kami langsung mengubah skema pengamanan,’’ tambahnya.

Iriawan sempat menjelaska­n wilayah intimidasi yang terlaporka­n kepada pihaknya. Di antaranya, Jakbar, Jaksel, dan Jaktim. Di Jakpus, Jakut, dan Kabupaten Kepulauan Seribu tidak ada laporan intimidasi.

Iriawan berharap masyarakat dapat lebih menjaga keamanan dan kondisi yang kondusif selama pilkada DKI berlangsun­g. Kemudian, saat disinggung apakah faktor perubahan skema pengamanan disebabkan adanya wacana Tamasya Al-Maidah, dia menampik hal tersebut.

’’Perubahan skema pengamanan disesuaika­n kebutuhan fakta lapangan. Bukan karena bakal ada Tamasya Al-Maidah. Lagi pula, ngapain tamasya kok ke TPS,’’ terangnya.

Skema pengamanan satu TPS seorang polisi berlaku untuk seluruh jenis TPS. Baik TPS yang masuk dalam kategori rawan maupun sebaliknya. Menurut Iriawan, pada putaran II, polisi tidak memberlaku­kan sistem mana TPS rawan dan tidak. Semua pengaman disamakan.

Sementara itu, Kepala KPU DKI Sumarno menerangka­n, perubahan tidak hanya berkutat pada pengamanan pemungutan suara. Namun, ada hal lain yang juga berubah. ’’Skema debat paslon juga ada yang berubah. Tetapi, sampai sekarang belum selesai didiskusik­an,’’ ujarnya.

Debat dijadwalka­n diselengga­rakan pada 12 April. Lokasi debat tetap di Hotel Bida- kara, Pancoran, Jakarta Selatan.

Selain membahas pengamanan, dalam pertemuan tersebut Iriawan sempat menyinggun­g pemasangan spanduk yang dinilai mengandung unsur ujaran kebencian. Dia mengimbau masyarakat tidak memasang spanduk kembali.

Berdasar catatan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI, ada 1.200 spanduk provokatif yang diturunkan. Ketua Bawaslu DKI Mimah Susanti menegaskan, pihaknya terus memelototi masyarakat yang berusaha memasang spanduk itu. ’’Kami meminta bantuan Kapolda untuk menurunkan bila ada spanduk lagi,’’ tegasnya. (sam/c22/diq)

 ??  ?? SALMAN TOYIBI/JAWA POS KOORDINASI: Dari kiri, Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno, perwakilan Pangdam Jaya Marsudi, Kapolda Metro Jaya Irjen M. Iriawan, Ketua Bawaslu DKI Mimah Susanti, dan perwakilan Plt...
SALMAN TOYIBI/JAWA POS KOORDINASI: Dari kiri, Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno, perwakilan Pangdam Jaya Marsudi, Kapolda Metro Jaya Irjen M. Iriawan, Ketua Bawaslu DKI Mimah Susanti, dan perwakilan Plt...

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia