Soroti Suara Ketua Umum PPP
JAKSEL – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kubu Romahurmuziy terus disorot. Itu setelah mereka menunjukkan kecondongan untuk mendukung Basuki T. Purnama-Djarot Saiful Hidajat di Pilgub DKI 2017 putaran kedua.
Pengamat politik Network for South East Asian Studies (NSEAS) Muchtar Effendi Harahap menjelasan, kini Romi –sapaan Romahurmuziy– menyatakan, ada dua level analisis yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan kasus PPP Romi. Pertama, kecondongan itu bisa diduga bersifat personal. Di baliknya, ungkap dia, ada kepentingan Romi untuk mempertahankan kekuasaan pribadi selaku ketua umum DPP PPP.
”Sangat mungkin Romi bersikap seperti itu untuk mempertahankan legalitas dirinya sebagai Ketum PPP,” ucapnya kepada Jawa Pos kemarin.
Muchtar menyatakan, kekhawatiran Romi adalah kemungkinan adanya upaya pencabutan legalitasnya sebagai Ketum PPP. Jika itu terjadi, kekuasaan di partai Kakbah akan beralih ke tokoh PPP di pecahan lain.
Intinya, sikap PPP Romi bukan perilaku kelembagaan, tetapi personal semata. Sebagaimana diketahui, DPW PPP DKI pimpinan Abraham Lunggana telah mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
”Padahal, Ketum DPP PPP Lulung (sapaan Abraham Lunggana) mendukung AhokDjarot. Sesama elite pecah sikap. Akibatnya, Lulung dipecat Ketum PPP Djan Faridz,” jelasnya.
Analisis level kedua menyangkut perilaku pemilih dalam Pilgub DKI 2017. Muchtar menilai, jika melihat prilaku pendukung PPP, sebenarnya sangat berat bagi Romi atau siapa saja untuk memperjuangkan kemenangan Ahok-Djarot.
Mengapa? ”Karena perilaku pemilih PPP adalah bagian umat Islam dalam politik. Sejak pemilu 1955 hingga pemilu era reformasi, mereka konsisten memberikan suara kepada parpol Islam atau tokoh Islam,” ujar Muchtar. (ydh/c21/diq)