Agar Mantan Napi Terorisme Tak Ngebom Lagi
Eks Kombatan Kumpul di Lamongan, Dirikan Yayasan Lingkar Perdamaian
LAMONGAN – Terobosan baru penanganan masalah terorisme kemarin (29/3) terjadi di Lamongan. Acaranya memang hanya peletakan batu pertama pembangunan pengembangan masjid dan taman pendidikan Alquran (TPA) plus di Solokuro, Lamongan, Jatim, yang dilakukan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius.
Yang membuat istimewa acara kemarin adalah launching Yayasan Lingkar Perdamaian, yang diinisiatori Ali Fauzi. Nama itu adalah mantan instruktur bom, senjata, dan taktik perang Jamaah Islamiyah (JI) yang juga adik terpidana kasus bom Bali Ali Ghufron, Amrozi, dan Ali Imron.
Yayasan yang bergerak di bidang pemberdayaan narapidana (napi) kasus terorisme dan menjadi agen perdamaian untuk mengubah mindset ikhwan jihadi itu cukup unik. Semua personelnya diisi mantan kombatan (ahli perang) JI. Di antaranya Anis Yusuf, mentor perang di Afghanistan; Iqbal Hussein alias Reza alias Ramli, perancang serangan ke Mabes Polri dan penyedia senjata untuk membunuh polisi; hingga Mahmudi alias Yusuf, yang menyembunyikan 1 ton bahan peledak di Jateng.
”Selama ini kami selalu bingung ketika ada napi terorisme keluar dari penjara dan bingung mau apa. Cari kerjaan sulit, tapi ada anak-istri yang harus dihidupi,” ungkap Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian Ali Fauzi. ”Jika tidak ada yang mau peduli, biasanya nanti malah melakukan aksi (mengebom, Red) lagi,” imbuhnya. Itulah yang kemudian menggerakkan Ali Fauzi mengumpulkan pihak terkait untuk kemudian sama-sama membantu.
Gayung bersambut. Kepala BNPT Suhardi Alius meresponsnya dengan baik. Bertemu kali pertama pada September 2016, Suhardi menjanjikan untuk membantu dan memfasilitasi pengembangan masjid serta pembangunan gedung TPA plus di Solokuro, Lamongan. Suhardi tidak asal janji. Dia bahkan menugaskan Brigjen Herwan Haidir, salah seorang deputinya, untuk menjadi ketua panitia. ”Kami targetkan tiga bulan sudah kelar,” kata Herwan kemarin. (ano/c9/nw)