PERGANTIAN PEMAIN JADI SOROTAN
Hasil Manager Meeting Liga 1
JAKARTA – Diperbolehkan mengganti pemain sampai lima kali dalam satu pertandingan memang berpotensi menyenangkan semua pihak. Pelatih punya tambahan opsi, kesempatan pemain merumput jadi lebih besar, dan penonton juga bisa menyaksikan lebih banyak penggawa diturunkan.
Persoalannya, apakah regulasi yang diketok dalam manager meeting Liga 1 di Makostrad, Jakarta, kemarin tersebut sejalan dengan regulasi AFC dan FIFA? ”Karena tim yang juara dan runner-up Liga 1 kan bakal mewakili Indonesia di level Asia. Aneh kalau sampai regulasinya berbeda,” ujar Faisal Mursyid, sekretaris PT SOM (Sriwijaya Optimis Mandiri), perusahaan pengelola Sriwijaya FC, salah satu klub Liga 1.
Regulasi pergantian lima pemain itu jelas bertentangan dengan aturan FIFA. Dalam Laws of the Game yang menjadi satu-satunya panduan peraturan badan sepak bola tertinggi di dunia itu disebutkan, pergantian pemain maksimal hanya tiga kali dalam pertandingan resmi. Baik itu di bawah FIFA, konfederasi, maupun federasi.
Pelatih Semen Padang Nil Maizar juga menyarankan operator dan PSSI memikirkan ulang regulasi pergantian pemain tersebut. ’’Sebab, kalau mau memilih, sebaiknya regulasi kompetisi mengikuti apa yang dipraktikan AFC saja. Yakni, maksimal pergantian pemain hanya tiga orang,’’ ujarnya.
Liga 1 yang bakal mulai bergulir 15 April tersebut adalah kompetisi resmi di bawah PSSI dan dioperatori PT Liga Indonesia Baru (LIB). Otomatis, semua peraturan yang diberlakukan di liga divisi teratas tanah air itu semestinya mengacu pada aturan yang ditetapkan FIFA.
Di luar soal pergantian pemain, semua regulasi yang diketok kemarin sebenarnya bisa dibilang tak menimbulkan kontroversi ( selengkapnya lihat grafis). Termasuk soal batasan umur pemain.
Sebab, pembatasan itu tersosialisasikan sejak setelah kongres tahunan PSSI pada 8 Januari di Bandung. Begitu pula penghapusan water break yang selama ini memang kerap dipandang hanya untuk mengakomodasi kepentingan sponsor dan televisi.
Menurut Riza Adi Wijaya, CEO PT LIB, pihaknya memang sengaja melonggarkan aturan demi meringankan klub. Termasuk menambah kuota pemain di line-up dalam tiap laga. Dari biasanya 18 menjadi 20. Dengan catatan, dua slot tambahan tersebut untuk pemain U-23.
”Karena kami ingin kualitas dari kompetisi tetap terjaga dengan adanya kewajiban memainkan minimal pemain dengan usia 23 tahun,” jelas Riza.
Pelatih Persib Bandung Djadjang Nurdjaman juga setuju dengan regulasi baru yang diterapkan PSSI dan operator itu. Menurut dia, jumlah pergantian pemain yang banyak tersebut sangat membantu klub dalam mengarungi kompetisi penuh yang berakhir pada 12 November itu.
Regulasi menyangkut marquee player juga diperlonggar. ”Karena marquee player itu adalah pemain bintang yang bisa mendongkrak kompetisi. Usia mereka juga bebas, tidak harus maksimal berusia 35 tahun seperti yang sudah beredar,” kata Edy Rahmayadi, ketua umum PSSI.
Bagaimana regulasi degradasi dari Liga 1 yang hanya tiga tim? Padahal, di Indonesia Super League (nama divisi teratas sebelum Liga 1) edisi terakhir pada 2014, terdapat empat tim yang terdegradasi.
’’Masih wajar, sih. Yang penting bagi kami menyiapkan tim sebaik mungkin,’’ kata M. Zein ’’Mamak’’ Alhadad, pelatih Persida, salah satu kontestan Liga 2.
Hal senada disampaikan Candra Wahyudi, direktur tim Persebaya, klub yang juga akan berkompetisi di Liga 2. ’’Kami sih ikut saja regulasi yang ditetapkan,’’ katanya. (ben/rpd/c10/c4/ttg)