Jawa Pos

Insting cium penjahat

Sejak 3 Februari 2017, Satreskrim Polrestabe­s Surabaya punya tim antibandit. Merekalah ujung tombak pertempura­n melawan kejahatan jalanan atau 3C (curat, curas, dan curanmor). Entah itu pagi, siang, ataupun dini hari.

-

MAPOLRESTA­BES Surabaya masih memperliha­tkan geliatnya. Padahal, waktu sudah menunjukka­n pu kul 21.30. Di depan ge dung Anin dita, tem pat pa ra reserse bertugas, terlihat sepuluh motor berjajar. Motor-motor itu se dang di pa na si karena akan dipakai untukk ber-berpatro li.

Sebanyak 20 polisi tam pak mengecek mesin sam bil

mem bleyer gass motor

Me reka me ngenakan atri but lengkap. Memakai ka us merah ber kerah yang dirangkap rompi antipeluru.

Rompi tersebut melindungi dada dan perut. Pada bagian tengahnya, terdapat tulisan berwarna kuning yang menyala terang di tengah kegelapan: Tim Antibandit.

Setelah memeriksa motor trail itu, mereka mengecek senjata masing-masing. Setiap orang memegang senjata laras panjang jenis SS1V2. Setelah itu, mereka berbaris sambil mendengark­an arahan. ’’Kita akan sekat kawasan rawan. Mulai Genteng Kali, akses masuk Suramadu, sampai MERR,’’ ujar Kasatreskr­im Polrestabe­s Surabaya AKBP Shinto Silitonga dengan suara lantangnya.

Shinto memimpin langsung pasukan tersebut. Mereka bersiap berangkat dengan kekuatan penuh. Sasaran malam itu adalah pengendara roda dua. Mereka akan menggeleda­h setiap motor yang lewat di kawasan-kawasan rawan.

Tim lantas dipecah. Tim antibandit memang terbagi dalam tujuh rayon. Mereka membaur dengan reserse di polsek masing-masing. Setiap wilayah memiliki jenis kerawanan berbeda. Tim antibandit terbagi menurut kasus-kasus yang pernah mereka tangani.

Misalnya, ada polisi yang punya spesialisa­si membekuk banditband­it asal Pulau Garam. Jadi, mereka bakal ditempatka­n di daerah Surabaya Utara. Lokasi tersebut kerap dipakai sebagai jalur pelarian motor-motor curian. ’’Sebab, mereka, anggota kami, sudah punya jaringan informasi yang kuat. Maka, kami berdayakan potensinya untuk meraba peta kejahatan di perbatasan Surabaya–Madura,’’ jelas Shinto kepada Jawa Pos.

Pada Rabu (15/3), Jawa Pos mengikuti tim yang menyekat di kawasan middle east ring road (MERR). Jalan Ir H Soekarno itu selalu sepi di atas pukul 00.00. Jalannya yang lurus dan lebar membuat para bandit kerap leluasa melakoni aksi kejahatan maupun melarikan kendaraan curian. Di sana adalah titik awal pelaku untuk kabur masuk ke akses Suramadu.

Penyekatan dilakukan mulai perempatan Jalan Ir H Soekarno sampai Jalan Panjang Jiwo. Di sana masuk wilayah rayon VI yang meliputi Rungkut, Wonocolo, dan Tenggilis Mejoyo. Tim tersebut dipimpin Iptu Arief Ryzki Wicaksana. Begitu tiba, Ryzki langsung memerintah seluruh regunya untuk menyebar. ’’Harus ada yang jaga radius 500 meter sebelum titik ini. Kita harus berjaga-jaga pengendara yang putar balik untuk menghindar­i razia,’’ serunya kepada 30 personel gabungan.

Polisi asal Banjarmasi­n itu lantas ikut terjun bersama lainnya untuk menghentik­an setiap motor yang lewat. Ketegangan muncul saat mereka menghentik­an seorang pengendara yang membawa airsoft gun. Ketika ditanya, pengendara itu mbulet. ’’Ini bukan punya saya,’’ ucapnya kepada petugas.

Mendengar jawaban tersebut, polisi langsung menggeleda­h seluruh motor. Di tas pengendara itu, polisi menemukan banyak pakaian. Polisi mencurigai bahwa dia adalah pelaku kejahatan. Surat-surat motornya juga tidak jelas. Ditanya lebih lanjut, dia malah membawa-bawa nama polisi yang asal usul kedinasann­ya tidak jelas.

Pengendara tersebut langsung menjalani pemeriksaa­n intensif di dekat mobil Unit Lantas Polsek Rungkut. Korps seragam cokelat terus mendesakny­a mau berterus terang. Pada akhirnya, dia tidak bisa banyak berbuat setelah polisi tidak menemukan izin kepemilika­n senjata tersebut. Dia mengakui senjata itu merupakan miliknya. Polisi lantas memborgoln­ya dan membawanya ke kantor.

Penyekatan seperti itu menjadi kunci keberhasil­an tim antibandit. Mereka berhasil menekan angka kejahatan selama sebulan. Pada Januari lalu, total ada 141 kejahatan 3C yang meresahkan warga metropolis. Bulan berikutnya, jumlahnya berkurang menjadi 115 kasus kejahatan ( lihat grafis).

Shinto menjelaska­n, tim antibandit memang dilatih untuk punya insting mencium pelaku kejahatan. Artinya, setiap turun ke jalan, mereka bisa tahu mana pengendara yang diduga sebagai bandit jalanan. ’’Di luar penyekatan, mereka akan mobile. Setiap ada yang dicurigai, kami berhak menghentik­an dan menggeleda­hnya,’’ tutur polisi asal Medan tersebut.

Penjelajah­an setiap ruas jalan di Surabaya itu dilakukan setiap waktu. Termasuk saat malam. Berdasar catatan polisi, waktu paling rawan aksi 3C memang berada di kisaran pukul 03.00– 06.00 ( lihat grafis).

Selama berjaga pada waktuwaktu rawan tersebut, tim antibandit sukses membekuk beberapa buruan yang menjadi target operasi. Selama dua bulan terakhir, mereka berhasil membongkar empat sindikat jaringan curas dan curanmor yang lama diburu. ’’Mereka buron ber tahun-tahun. Bahkan, salah seorangnya sampai menewaskan pengendara di Banyu Urip pada 2013,’’ ungkap Shinto.

Alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1999 itu menjelaska­n, pengungkap­an jaringan tersebut berawal dari hasil penyekatan. Biasanya, kalau ada seorang pelaku yang tertangkap, polisi bakal mengembang­kannya. Dari sana mereka mendapatka­n fakta bahwa pelaku terhubung dengan para buron yang selama ini leluasa melenggang bebas.

Tim antibandit akan menggali informasi di mana para buron tersebut bersembuny­i. Pelacakan yang rapi serta sumber data yang jelas membuat mereka bisa membekuk para buron. ’’Setelah buron tertangkap, selalu ada sasaran baru. Mereka tentu merekrut orang-orang baru untuk beroperasi,’’ jelas polisi dengan dua melati di pundak tersebut.

Buron yang dibekuk pun bukan ecek-ecek. Sebut saja kawanan Bendot cs yang sudah beraksi di 11 lokasi. Komplotan itu merupa kan pemain curas dan curanmor. Mereka membekali diri dengan senjata tajam. Pengendara yang me lintas langsung dipepet. Kalau korban melawan, Bendot cs tidak segan membacok korbannya hingga tumbang. ’’Masih ada beberapa DPO yang sudah masuk incaran kami,’’ tegas Shinto.

Tim antibandit memang masih memiliki beberapa pekerjaan untuk memburu buron. Selain empat jaringan besar yang mereka kembangkan, ada buron L300 dan beberapa kelompok pecah kaca mobil yang masih berkeliara­n. Total, ada 150 buron yang akan diburu. Shinto menegaskan bahwa gerak-gerik para TO ( target operasi) itu sudah dikunci.

Dua buron L300, misalnya, bisa dipastikan berada di Madura. Kawan Sadeng itu tidak berani beraksi di Surabaya karena tahu polisi masih memburunya. Selain itu, ada kawanan pecah kaca mobil. Tim antibandit memang sudah menangkap satu komplotan pecah kaca yang menggunaka­n obeng untuk mencongkel. Namun, mereka masih mengintai pemain lain. ’’Untuk pecah kaca, memang ada banyak jaringan. Kami selalu pantau pergerakan mereka yang wilayah operasinya lintas kota,’’ papar Shinto.

(Dida Tenola/c14/dos)

 ?? AKHMAD KHUSINI/JAWA POS ??
AKHMAD KHUSINI/JAWA POS
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia