Jawa Pos

Peracik Strategi di Belakang Meja

-

SEBAGAI reserse nomor satu di Kota Pahlawan, Shinto dikenal sebagai pemikir ulung di mata anak buahnya. Dia mendorong anak buahnya untuk mengerti undangunda­ng. Tidak sekadar menangkap penjahat jalanan

Pembentuka­n tim antibandit berawal dari gagasannya. Dia melihat bahwa merajalela­nya kejahatan jalanan perlu ditangkal dengan adanya personel khusus. ”Jadi, 80 persen berfokus untuk menangani perkara 3C. Porsi kejahatan lainnya kami kurangi, namun tetap ada penanganan jika ada laporan yang masuk,” terang Shinto.

Oleh sebab itu, para polisi yang biasanya menangani kasus kejahatan ekonomi, korupsi, hingga sengketa tanah dimasukkan ke dalam tim antibandit. Tentunya ada proses adaptasi yang harus mereka lalui. Shinto menuntut proses penyesuaia­n tersebut dipercepat.

Shinto paham betul dengan tipikal kejahatan jalanan di Kota Pahlawan. Dia pernah bertugas di Unit Reserse Mobile (Resmob) Polwiltabe­s Surabaya periode ’90-an. Meski demikian, dia menyadari bahwa dinamika kejahatan itu berubah. Semakin maju perkembang­an kota akan diikuti peningkata­n aksi kriminalit­as.

Ketika membentuk tim antibandit, dia memilih personel yang ulung. Mereka yang biasa turun ke jalan digabungka­n dengan personel yang masih hijau pengalaman. Meracik personel itu dilakukann­ya dengan matang. Dia menggabung­kan pengalaman, potensi, dan karakter anak buahnya dalam satu tim. ”Satu rayon ditempati polisi senior dan muda. Nanti ada transfer ilmu bagaimana cara mereka menghadapi sebuah jaringan pelaku,” ucap mantan KBO Ditreskrim­sus Polda Jatim itu.

Sebagai pemimpin, dia jeli menempatka­n anak buah. Mereka yang sudah berpengala­man ditempatka­n di lokasi yang rawan. Dia menyebutka­n zona merah kriminalit­as berada di tengah kota. Yakni, di wilayah Sawahan, Tegalsari, Wonokromo, dan Genteng.

Berdasar hasil evaluasi selama dia menjabat sebagai Kasat, pelaku 3C sering beroperasi di empat wilayah tersebut. Umumnya, bandit jalanan merampas pengendara motor perempuan.

”Mereka yang ditempatka­n di rayon II juga punya jaringan informasi yang unggul. Pengalaman mereka sudah puluhan tahun. Jadi, dengan mudah bisa memetakan kelompok-kelompok mana saja yang bermain,” ungkapnya.

Sebagai seorang reserse, Shinto dikenal cepat dalam menangani sebuah kasus. Tiga kasus pembunuhan terungkap dalam tempo kurang dari dua minggu.

Misalnya, penemuan jasad perempuan tanpa identitas pada 22 Desember 2016. Jenazah tersebut kemudian diketahui bernama Yayuk, SPG sebuah gerai ritel di salah satu mal di Surabaya Selatan. Dibutuhkan waktu sekitar dua minggu sampai polisi mengungkap­nya. ”Kami kumpulkan nama teman-teman pria yang dekat dengan korban kala itu,” papar Shinto.

Polisi sempat berasumsi bahwa pembunuhan itu berlatar belakang asmara. Namun, pada akhirnya, polisi mencurigai Eyglesias Satriadil Sulwiedyar­do alias Aldo, teman Yayuk. Kala itu, Aldo sempat lari ke Temanggung. Polisi menemukan fakta bahwa tas korban dibakar tak jauh dari tempat kos Yayuk. Aldo lalu mengaku bahwa dirinya menghabisi nyawa Yayuk bersama kawannya, Clint Dongan Hutabarat alias Clinton.

Dua pembunuh Yayuk itu sudah disidangka­n di Pengadilan Negeri Surabaya, Selasa (21/3). Agendanya adalah pembacaan dakwaan. Mereka didakwa dengan pasal berlapis, yakni pasal 340, 338, dan 365 KUHP.

Baru selesai mengungkap pembunuh Yayuk, Shinto langsung berhadapan dengan kasus penemuan mayat pada 2 Januari di Kalimas, belakang Taman Prestasi. Ketika itu, ditemukan sebuah STNK di dalam kantong celana jenazah yang kemudian diketahui bernama M. Djohar Arifin alias Ipin. ”Dari STNK itu, kemudian kami mencari informasi. Ternyata, motor tersebut milik bude korban,” ceritanya.

Polisi lantas mendatangi rumah Ipin dan diketahui bahwa dia sempat berpesta saat malam tahun baru di kafe di kawasan Kayoon. ”Kami juga menemukan patahan rumput di bibir sungai,” lanjut Shinto.

Setelah memeriksa para karyawan, polisi mendapat informasi seputar tamu-tamu yang duduk di dekat Ipin. Setelah berpesta, Ipin dikeroyok pengunjung di luar kafe yang berada di pinggir sungai.

Dua pengunjung bernama Farid Maulana dan Romadhon ditangkap. Mereka membiarkan Ipin tenggelam setelah sempat menghajarn­ya. Kasus itu bisa dipecahkan dalam kurun waktu seminggu. Saat ini, kasusnya sudah dilimpahka­n ke penuntut umum dan segera disidangka­n. ”Ada bukti baju pelaku yang robek saat kami tangkap ke rumahnya,” sebutnya.

Selang sepuluh hari kemudian, Shinto kembali menghadapi sebuah kasus penemuan mayat di Kali Surabaya, daerah Karang Pilang. Sekilas, memang tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada jenazah lelaki tersebut. Identitas lengkap juga ditemukan. Jasad tersebut bernama Nova Ardiansyah.

Namun, polisi mendapat keterangan dari keluargany­a bahwa Nova terakhir pamit dari rumah dengan mengendara­i sepeda motor Yamaha Vixion. Tapi, ketika jenazahnya ditemukan, motor tersebut tidak ada. ”Dari sana kecurigaan kami muncul. Awalnya, kami fokus untuk mencari motor tersebut,” paparnya.

Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil. Selama empat hari, upaya pencarian buntu. Polisi tidak bisa mendapatka­n satu pun yang petunjuk jelas. Sampai akhirnya polisi mendapat informasi dari para penarik perahu tambang di Karang Pilang bahwa sempat ada keributan empat hari sebelum jenazah Nova ditemukan mengambang.

Shinto dan anak buahnya lalu menyisir lokasi pertengkar­an yang tak jauh dari titik penemuan jenazah. Ternyata, Nova sempat dikejar kawannya sesama pengedar narkoba. ”Kasus itu sebenarnya bisa lebih cepat kalau masyarakat jujur di awal. Mereka sempat bungkam awalnya karena takut yang dihadapi adalah jaringan pengedar narkoba,” ungkapnya.

Pelaku yang ditangkap bernama Rahman Oktavian. Sebelum korban tenggelam ke sungai, Vian, sapaan akrab pelaku, sempat memukuliny­a. Meski sudah menangkap pelakunya, polisi masih mempunyai pekerjaan rumah. Yakni, menemukan motor yang terakhir dibawa Nova. ”Kasusnya sendiri sudah P-21. Tapi, kami tetap berusaha menemukan motor itu,” jelas Shinto.

Tiga kasus tersebut rata-rata diselesaik­an dalam tempo seminggu. Shinto mengaku bahwa kasus pembunuhan itu cukup me nguras energi. ”Kuncinya adalah komunikasi dengan anggota. Setiap hari mereka dikumpulka­n untuk membahas per kembangan penyelidik­an,” sebut mantan Kasatreskr­im Polresta Tangerang tersebut. (did/c6/dos)

 ?? AKHMAD KHUSINI/JAWA POS ?? POLISI PEMIKIR: Meski dikenal garang melawan penjahat, AKBP Shinto Silitonga sejatinya punya karakter pemikir dan penyusun strategi.
AKHMAD KHUSINI/JAWA POS POLISI PEMIKIR: Meski dikenal garang melawan penjahat, AKBP Shinto Silitonga sejatinya punya karakter pemikir dan penyusun strategi.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia