Masih Ada Warga yang Suka BAB Sembarangan
Surabaya memang kota modern. Tapi, ternyata masih ada sebagian warga yang belum terbiasa dengan budaya hidup bersih. Menurut data dinas kesehatan (dinkes), di antara 164 kelurahan, baru 50 yang dinyatakan bebas buang air besar (BAB) sembarangan.
INDIKATOR bebas BAB sembarangan bukan hanya memiliki jamban. Namun, juga cara memperlakukan jamban dan pembuangannya. ”Misalnya, memiliki jamban, tetapi pembuangannya langsung ke sungai atau selokan, itu tidak termasuk,” tutur Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita.
Memang, tidak semua daerah di Surabaya terdapat warga yang BAB sembarangan. Hal tersebut paling banyak ditemukan di Surabaya Utara dan Timur. Menurut Feni, sapaan Febria, sekitar 15.000 jamban dibutuhkan warga metropolis.
Dinkes Surabaya memiliki skenario baru untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tahun ini dinkes akan menyelesaikan kebutuhan jamban di kota ini. Jamban yang akan dibangun adalah jamban sehat dengan beberapa kriteria yang disesuaikan ( lihat grafis). Untuk mencegah warga BAB sembarangan, dinkes bekerja sama dengan beberapa pihak. Misalnya, untuk membangun jamban sehat, mereka menggandeng beberapa perusahaan yang memiliki dana program corporate social responsibility.
Feni menuturkan, dinas sosial juga berperan penting untuk membiasakan warga hidup sehat. Karena itu, dinkes bekerja sama dengan dinsos untuk rehabilitasi sosial daerah kumuh (RSDK). ”Untuk program itu ada dananya. Jadi, masyarakat dibantu,” ungkap dokter gigi tersebut.
Dinkes tidak hanya membangun sarana. Ada 63 puskesmas yang bertanggung jawab mengedukasi lingkungan sekitarnya. Forum Kota Sehat juga digandeng pemkot. Setiap keluarga akan didampingi agar memahami tentang sanitasi yang baik. Dengan demikian, kebiasaan BAB sembarangan bisa berkurang.
”Ada juga keluarga yang tidak berkenan dengan jamban sehat ini,” keluh Feni. Alasan penolakan terbanyak adalah lahan. Banyak warga yang menempati bangunan yang bukan lahannya. Ada juga yang memiliki lahan sempit. ”Kalau yang punya lahan dan tidak mampu, pasti kami bantu,” tuturnya. Solusi lain bagi yang kesulitan lahan adalah dibuatkan jamban komunal. Tentu harus berbagi dengan warga lain.
Sanitasi yang buruk, menurut Feni, akan berpengaruh pada kesehatan. Kotoran yang dibuang sembarangan bisa memengaruhi mutu air dan tanah. Salah satu risikonya adalah muntaber. (lyn/c7/oni)