Gandeng Senior demi Lumpuhkan Sadeng
NAMA Brigadir Aminulloh melambung ketika dirinya menghentikan sepak terjang Sadeng, otak pelaku pencurian L300 yang meresahkan selama beberapa bulan terakhir. Kala itu, bersama dua rekannya, dia tergabung dalam Tim Puma Jatanras Polrestabes Surabaya. Pengalamannya dalam menghadapi penjahat kelas kakap diteruskan ketika dirinya masuk tim antibandit.
Amin merupakan ’’pemain” lapangan. Waktunya banyak dihabiskan di luar kantor. Kecuali saat apel, dia selalu mengawasi kejahatan jalanan. Spesialisasinya adalah membekuk pelaku curanmor asal Madura. ’’Semuanya tergantung kerja sama tim. Alhamdulillah, rekan-rekan di lapangan selalu mendukung,’’ ujar polisi kelahiran 17 Maret 1981 tersebut.
Selama dua bulan tim antibandit eksis, Amin bergabung di rayon VI. Regunya mendapat penghargaan dari Kapolda Jatim karena paling banyak mengungkap kasus. ’’Sebulan berhasil menyelesaikan 53 kasus,’’ tutur Amin.
Saat menghadapi penjahat jalanan, Amin tergolong nekat. Dia tidak gentar sama sekali jika harus berduel dengan bandit kelas kakap untuk melumpuhkannya. Misalnya, ketika menembak mati Sadeng.
Baginya, semua penjahat sama saja. Mereka tetap harus dibasmi, meskipun membawa senjata tajam. Ketika berhadapan dengan Sadeng, bersama Aiptu Kasum dan Brigadir Sukron, Amin sudah tahu betapa berbahayanya Sadeng.
Karena itu, ketika posisi Sadeng sudah diketahui, petugas langsung membekuknya. Sadeng yang sempat berputar-putar di kawasan Surabaya Utara akhirnya tamat diterjang timah panas. ’’Sempat jatuh waktu itu. Karena motor ditabrakkan, diberi peringatan masih tancap gas,’’ ungkap anak keempat di antara tujuh bersaudara tersebut.
Sebagai junior, Amin juga pintar menempatkan diri dengan seniornya. Dia bukanlah sosok yang tinggi hati karena telah mengungkap sejumlah kejahatan. Prinsip yang dipegangnya adalah pintar-pintar bekerja sama. Tanpa bergandengan tangan sesama polisi, teka-teki kasus kriminalitas tidak akan terpecahkan.
Alumnus SMA Wachid Hasyim I itu menyatakan, untuk menangkap penjahat, petugas memang harus bersabar. Tidak bisa grusa-grusu. Nah, masukan dari senior biasanya didengar Amin agar bisa menangkap tepat sasaran.
Selama turun ke jalan, instingnya cukup bagus untuk mengenali pelaku. Hasil pemetaan di kantor bisa diselesaikan saat dirinya berhadapan dengan para bandit di jalanan. ’’Biasanya, kalau sudah berhadapan langsung, mereka pintar beralibi dan selalu punya alasan. Tapi, data yang kami pegang sangat kuat, jadi boleh keder duluan,’’ tutur ayah dua anak tersebut. (did/c18/git)