Jawa Pos

Kapok Balapan setelah Tujuh Hari Koma

Soal dunia otomotif, Seno Saptoto punya cerita. Diawali suka bongkar motor secara otodidak, dia pun ikut-ikutan balap liar. Pensiun dari aksi ilegal tersebut, dia merintis klub modifikasi mobil. Dua mobil miliknya menjadi bahan eksperimen­nya. Seno Saptoto

- EKO HENDRI SAIFUL

MOBIL milik Seno Saptoto ini paling eye-catching jika dibandingk­an dengan kendaraan lain yang diparkir di halaman salah satu resto di Gresik. Dari segi bodi, tidak ada bedanya. Yang bikin beda adalah gambar yang menghiasi bodi mobil Karimun Wagon tersebut. ’’Ini salah satu kartun Jepang,’’ katanya. ’’ Gak ngurus, pokoknya saya senang. Bubrah yo gak popo,’’ lanjutnya.

Lelaki berusia 47 tahun itu lantas memamerkan mobilnya. Dia bangga. Setelah menyalakan mesin mobil, Totok membuka semua pintu. Hampir semua bagian mobil laki-laki yang akrab disapa Totok itu sudah dimodifika­si. Tidak saja warna catnya. Jok dan mesin juga diubah total. Mobil tersebut ditambahi speaker berbentuk corong di kap bagasi belakang. Warnanya merah.

Kendaraan tersebut bukan satusatuny­a hasil kreasi nyeleneh bapak dua anak itu. Mobil milik istrinya, yakni Daihatsu Xenia, juga dibongkar. Bodinya diberi gambar Superman. Meski sempat dimarahi, suami Dwi Septiani itu bandel. ’’Sekarang istri saya sudah tak marah-marah lagi. Mungkin dia sudah bosan menasihati atau mulai menyukai mobil modifikasi,’’ tuturnya, lantas tertawa.

Kegandrung­an Totok pada seni modifikasi sebenarnya muncul sejak bujang. Saat SMP, dia suka mencuri-curi kesempatan naik motor. Berkali-kali diomeli orang tua. Namun, dia bandel. Dihukum orang tua, Totok tak jera. Justru, kesukaanny­a pada motor menggila. Dia belajar bongkar muat motor secara otodidak. Caranya cangkruk dari bengkel satu ke bengkel lainnya. Jiwa bisnisnya mulai

nongol saat masuk SMA. Jika ada motor rusak, dibongkar, dan dijual lagi. Untungnya lumayan.

Pada saat yang sama, Totok tergiur aksi balap liar. Hampir setiap malam, dia cangkruk bersama teman-temannya. Pria asli Sidoarjo itu bergerilya mencari ajang tarung ilegal. ’’Pokoknya wani. Saya seneng nantang-nantang,’’ tuturnya mengingat masa lalunya. Saat di perguruan tinggi, kenakalann­ya belum berhenti. Alumnus Universita­s Surabaya itu masih suka kebut-kebutan dan keluyuran malam. Sambil menikmati secangkir kopi, cerita balap liar mengalir.

Salah satunya ketika dia kalah taruhan. Gara-gara kegagalann­ya, dia harus menyerahka­n motornya. Tidak hanya sekali. Motornya berkali-kali pindah tangan. Uang hasil bisnis modifikasi motor pun tak terkumpul. Puncaknya, pada salah satu ajang balap liar, Totok memacu kendaraan terlalu kencang. Dia terjatuh. Kecelakaan membuatnya cedera parah dan koma selama seminggu.

’’Nah, sejak itu, saya absen dari balap liar. Kalau suka otomotif, tetaplah,’’ tambahnya. Saat berkuliah, dia tidak lagi berbisnis motor. Totok merintis usaha jual beli mobil. Semua barang daganganny­a dimodifika­si. Ngawur, tetapi kreatif.

’’Saya ketika kuliah sudah kondang. Saya dikenal pemilik mobil permen,’’ kata ayah Julian Sapta tersebut. Totok juga merupakan salah seorang pendiri klub modifikasi mobil. Yakni, Begundal Project Auto Club wilayah Surabaya.

Totok sadar hobinya perlu banyak duit. Setelah kuliah, dia bekerja di beberapa perusahaan. Dia pernah menjabat manajer HRD PT Putra Rakindo Sejahtera di Kebomas, Gresik.

Tahun lalu, dia memutuskan keluar. Dia ingin berfokus menjadi pengusaha. Hobinya diwadahi dalam satu bengkel modifikasi. Lokasinya berada di kawasan Margorejo, Surabaya. ’’Hasilnya lumayan. Saat ini, saya dibantu tiga pekerja,’’ tuturnya. (*/c6/ai)

 ?? EKO HENDRI/JAWA POS ?? BERHIAS KARTUN: Seno Saptoto dengan mobilnya yang sudah dimodifika­si.
EKO HENDRI/JAWA POS BERHIAS KARTUN: Seno Saptoto dengan mobilnya yang sudah dimodifika­si.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia