Manfaatkan Limbah Serbuk Kayu
Kelurahan Tambaksari, Surabaya Timur, punya sebutan anyar. Kampung Topeng. Karang taruna di kelurahan tersebut menghidupkan seni membuat topeng. Kini mereka menyiapkan pameran perdana.
SIBUK benar Eko Febri Setiawan dkk siang itu (28/3) di Balai RW VI, Kelurahan Tambaksari. Mereka yang tergabung dalam karang taruna bergotong royong membuat topeng.
Begitulah kegiatan rutin yang dilakukan remaja Tambaksari. Tepatnya, sejak 2015. Mereka membuat kerajinan tangan topeng. Bahan utama yang mereka gunakan adalah serbuk kayu.
Menggunakan serbuk kayu bukan tanpa alasan. Di sekitar tempat tinggal mereka, banyak ditemukan limbah serbuk kayu dari usaha pemotongan kayu. Limbah tersebut dibuang begitu saja. Akhirnya, mencemari lingkungan.
Berdasar pengalaman itulah, Febri dkk lantas berinisiatif mengubah serbuk kayu menjadi barang yang bernilai. Mereka memilih untuk memanfaatkan serbuk kayu tersebut menjadi topeng.
Di kampung tersebut tinggal seniman pembuat topeng. Namanya Toyib Tamsar. Proses berkeseniannya kemudian berkembang. Selain membuat topeng, dia memahat, melukis, dan membatik.
Karang taruna yang dipimpin Febri tidak ingin budaya itu luntur. Mereka ingin melestarikannya sehingga kemampuan membuat topeng tidak hanya berhenti di Toyib. Gerakan anak muda dianggap mampu mewujudkan keinginan tersebut. Anak-anak muda di sana lantas belajar kepada Toyib. Selama sebulan mereka belajar. Yang sudah bisa lantas mengajarkan kepada anggota karang taruna yang lain. Hingga akhirnya, mereka semua bisa membuat sendiri.
Kini mereka memiliki agenda rutin membuat topeng. Tepatnya, setiap Sabtu dan Minggu. ”Kalau weekend, kan banyak yang libur. Biasanya, kami ngumpul bikin topeng,” kata Febri.
Beberapa hari ini mereka menggenjot pembuatan topeng. Sebab, mereka akan menyelenggarakan pameran topeng di Gedung Kesenian Cak Durasim akhir Mei. Itu akan jadi pameran topeng perdana Kampung Tambaksari. Maka, mereka mempersiapkannya dengan matang dan antusias.
Topeng-topeng hasil karya Karang Taruna Tambaksari itu dijual di salah satu tokoh oleh-oleh di Surabaya. Ada juga pembeli yang langsung order kepada mereka. Satu orang mampu menghasilkan satu topeng dalam sehari. Sekarang ada sekitar 20 anggota karang taruna yang jadi pembuat topeng.
Memang, pembuatan topeng tidak bisa dalam jumlah banyak. Apalagi prosesnya masih mengandalkan panas matahari untuk pengeringan. ”Kami belum punya mesin pemanas,” ungkap Febri.
Febri lalu menjelaskan bagaimana proses pengolahan serbuk kayu hingga menjadi topeng. ”Serbuk kayu dicampur dengan bahan-bahan lain,” jelas pria berusia 27 tahun itu. Di antaranya, resin, lem, dan air. Setelah menjadi adonan seperti bubur, bahan-bahan tersebut dicetak dalam master cetakan silikon. Setelah itu, topeng beserta cetakan dijemur hingga mengeras.
Tahap selanjutnya, mereka menggosok topeng agar lebih halus. Kalau cat sudah kering, topeng dihias. (bri/c6/jan)