Wacanakan Frexit, Le Pen Dikritik
PARIS – Kandidat Presiden Prancis Marine Le Pen banjir kritikan saat debat kedua yang disiarkan secara langsung pada Selasa (4/4). Penyebabnya adalah janji-janjinya jika dia terpilih sebagai presiden. Le Pen menyatakan ingin mengganti mata uang euro dan menyusul Inggris untuk menggelar referendum keluar dari Uni Eropa (UE) alias French Exit.
Pemimpin partai Front National (FN) itu juga ingin mengontrol perbatasan dan arus imigrasi serta meningkatkan kesejahteraan penduduk. Paparan janji-janjinya tersebut langsung dijadikan senjata oleh sepuluh kandidat presiden lainnya. Ada sebelas kandidat yang mencalonkan diri jadi presiden Prancis. ”Anda mengatakan kebohongan yang sama yang telah kami dengar dari ayah Anda selama 40 tahun,” tegas kandidat presiden dari Partai En Marche! Emmanuel Macron.
Ayah Le Pen, Jean-Marie Le Pen, adalah anggota dari parlemen Eropa dan presiden kehormatan FN. Macron menegaskan bahwa keluar dari UE bakal mengakibatkan bencana bagi perekonomian Prancis. Selama ini politikus 39 tahun tersebut mengklaim bahwa dirinya merupakan kandidat yang paling pro terhadap Eropa. Macron tak sendirian. Kandidat presiden dari partai Republicans Francois Fillon juga ikut menyerang Le Pen. Fillon mengungkapkan bahwa Prancis membutuhkan Eropa untuk melawan dominasi Tiongkok dan Amerika Serikat (AS). Dia menjelaskan, mayoritas warga Prancis tidak ingin meninggalkan mata uang euro. ”Artinya, faktanya Le Pen tidak akan memiliki kebijakan ekonomi (jika benar menjadi presiden nanti, Red). Sebab, kebijakannya bakal hancur begitu penduduk Prancis memberikan suara untuk menolak meninggalkan mata uang tunggal (euro),” terangnya. Rencananya, Prancis menggelar pemilu pada 23 April. Jika tidak ada kandidat yang mendapatkan suara lebih dari 50 persen, akan digelar pemilu kedua pada 7 Mei. Yang bertarung hanya dua kandidat dengan suara terbanyak. Berdasar polling yang digelar Opinionway, pada putaran pertama, Le Pen bakal mendapatkan 26 persen suara, Macron 24 persen, dan Fillon 20 persen. (Reuters/ BBC/sha/c16/any)