Ditegur Keras UE, Israel Berang
JERUSALEM – Israel marah. Mereka tidak bisa menerima saat mendapat teguran keras dari Uni Eropa (UE). Pada pekan lalu, Duta Besar UE untuk Israel Lars Faaborg-Anderson menyampaikan surat peringatan yang ditandatangani 28 negara anggota UE karena negara yang dipimpin PM Benjamin Netanyahu itu melanggar hukum internasional. Penyebabnya, Israel telah menghancurkan permukiman suku Badui asal Palestina di Desa Khan al-Amar di Tepi Barat.
Untuk membalas teguran tersebut, Selasa (4/4)mereka memanggil Wakil Dubes UE untuk Israel Mark Gallagher dan menyampaikan protes keras. ”Ada 32 masalah krisis kemanusiaan di seluruh dunia. Tapi, UE lebih memilih menyoroti yang terjadi di area C secara tidak proporsional. Padahal, itu bukan krisis kemanusiaan,” jelas Direktur Departemen UE Kementerian Luar Negeri Israel Avivit Bar-Ilan kepada Gallagher. Salah satu contoh yang diberikan adalah krisis di Syria.
Israel berdalih bahwa kawasan permukiman yang terdiri atas sekolah dan 42 rumah yang di- tinggali sekitar 150 orang itu ilegal. Karena tidak sesuai dengan hukum yang berlaku di Israel, permukiman tersebut harus dihancurkan. Pandangan berbeda diungkapkan UE. Kawasan itu termasuk daerah krisis kemanusiaan. Karena itu, UE berhak ikut campur. Bahkan, dua negara anggota UE, Italia dan Belgia, membantu mendirikan beberapa bangunan di sana.
”Praktik penegakan hukum dengan cara memaksa pindah, menggusur, menghancurkan, menyita rumah dan aset kemanusiaan (termasuk yang didanai UE), serta menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan bertentangan dengan kewajiban Israel terhadap hukum internasional,” kata Faaborg-Anderson saat bertemu dengan Pejabat Sementara Dirjen Kementerian Luar Negeri Israel Yuval Rotem pada pekan lalu.
Organisasi terbesar di Eropa tersebut meminta Israel segera menghentikan tindakannya. Sebelum UE, PBB mengeluarkan kecaman senada.
Khan al-Ahmar berada di wilayah yang dinamai sebagai area C. Luasnya mencapai 60 persen dari keseluruhan Tepi Barat. Israel berkuasa penuh di area C. Beberapa tahun sebelumnya, Israel juga melakukan penghancuran besar-besaran terhadap rumahrumah penduduk Palestina di area yang sama.
Sejak 2012–2015, per tahun, ada 450–560 rumah penduduk Palestina di area C yang dirobohkan Israel. Sepanjang 2016, jumlahnya naik menjadi 876 rumah dan penghancuran itu mengakibatkan 1.200 warga Palestina kehilangan tempat tinggal. Pada Januari tahun ini saja, ada 121 rumah yang luluh lantak karena alat berat milik Israel. ”Kami tidak akan menyerah,” ucap salah seorang diplomat UE saat menanggapi peluang kecil untuk menghentikan Israel yang ingin menghancurkan aset warga Palestina.
Delegasi dari kedutaan besar UE secara berkala berkunjung ke Khan al-Ahmar. Mereka berharap diplomasi terbuka itu bisa membantu mengamankan putusan MA Israel agar menghentikan pembongkaran rumahrumah di Tepi Barat. (Reuters/ Hareetz/sha/c23/any)