Tujuh Bulan Lagi Berharap Sudah Sampai di Makkah
Pasangan Hakam Mabruri, 35, dan Rofingatul Islamiyah, 35, tiba di Kota Palembang, Minggu (2/4). Start bersepeda dari rumahnya di Desa Gading, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, 17 Desember 2016, mereka berniat umrah ke Tanah Suci.
PERSAUDARAAN sesama biker membawa Hakam mampir ke rumah Norca Praditya, anggota Komunitas Pencinta Federal Palembang. Istrinya, Rofingatul Islamiyah, tidak terlihat kemarin (5/4).
’’Istri saya sudah di Muara Enim, mengunjungi keluarga. Saya cuma ambil sepeda untuk meneruskan perjalanan dari Muara Enim,’’ ujar Hakam.
Untuk sampai di Arab Saudi, anggota Gerakan Pemuda Ansor Malang tersebut memperkirakan masih membutuhkan waktu tujuh bulan. Dari Muara Enim, dia berencana meneruskan perjalanan ke Bengkulu, lalu ke Padang, Pekanbaru, hingga Batam.
Menyeberang ke Singapura, ada beberapa negara lagi harus dilewatinya. Mulai Malaysia, Thailand, Nepal, India, Jordania, Israel, Mesir, hingga Sudan. ’’Lebaran Idul Fitri nanti saya perkirakan di India. Izin masuk negara itu sudah saya urus waktu di Jakarta. Saya sempat tertahan 2,5 bulan di Jakarta mengurus visa,’’ paparnya.
Tidak hanya memakan waktu, biaya menunaikan ibadah umrah dengan menggunakan sepeda, menurut Hakam, membengkak. Dia memperhitungkan kebutuhan dana mencapai Rp 80 juta. Selain untuk makan minum, ada biaya untuk mengangkut sepeda ke kapal atau saat medan sulit. Namun, dia mengaku tidak mengeluarkan modal.
’’Sepeda serta peralatan diberi oleh sponsor. Untuk biaya, dibantu Kemensos dan PB NU. NU meminta saya ikut menyosialisasikan perdamaian dunia di tiap daerah dan negara yang saya kunjungi,’’ ungkapnya.
Hakam sengaja memilih cara tersebut untuk mewujudkan cita-citanya sejak kecil. Ketika bujang, pada 2010–2013, dia pernah touring ke negara-negara Asia Tenggara. Sejak menikah September 2013, baru kali ini dia kembali touring. ’’Sengaja ajak istri biar dia tahu kegiatan saya,’’ katanya.
Dengan menggunakan sepeda tandem sepanjang 2,4 meter, dalam sehari dia bisa menempuh 60–70 km. Setiap sejam beristirahat selama 25 menit. ’’Bergantung kondisi jalan juga,’’ ucapnya.
Selain diundang untuk menginap oleh komunitas sepeda di tiap daerah, Hakam bersama istri kerap menginap di rumah penduduk. Pilihan terakhir, mendirikan tenda di semak-semak.
Selain istri, dalam perjalanan, Hakam mendapat partner. Di Kendal, Jawa Tengah, Ali Maftuhin, 23, ikut bergabung. Dalam perjalanan, dia aktif menuliskan kisahnya. ’’Di website NU, perjalanan saya juga ada,’’ ujarnya.
Norca Praditya mengungkapkan, cukup banyak pencinta sepeda yang berkeliling dunia. Tidak hanya dari Indonesia, dua warga negara asing pernah menginap di rumahnya. Mereka berasal dari Australia dan Tunisia.
Di berbagai daerah yang dikunjungi, para pencinta sepeda itu menemui anggota komunitas sepeda seperti Norca. ’’Bantu tempat menginap, terus memberikan link (jaringan, Red) ke anggota lain yang siap dikunjungi. Di Sumsel, ada beberapa yang siap membantu,’’ tuturnya.
Kedatangan Hakam mendapat perhatian dari Masyarakat Sepeda Indonesia (MSI) Sumsel. Ketua MSI Sumsel Ahmad Hartawan bersama anggotanya menyempatkan diri menemui Hakam. Selain ingin mengetahui perjalanan yang ditempuh Hakam, MSI menyosialisasikan hidup sehat dengan bersepeda.
’’ Sepeda ini kan menyehatkan. Perlu disosialisasikan,’’ tegas Wakil Ketua MSI Sumsel Rudi Badarudin. (*/ air/ ce4/ c5/ ami)