Sumber Air Tertimbun, Warga 4 Desa Kelimpungan
Relawan Bantu Evakuasi Korban Longsor Ponorogo
PONOROGO – Tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Sabtu lalu (1/4) menyusahkan warga desa di sekitar lokasi bencana. Desa Banaran ternyata memiliki banyak sumber air yang memenuhi kebutuhan warga desa di sekitarnya. Sumber air itu ikut rusak karena tertimbun tanah.
Setidaknya ada empat desa yang mengalami kesulitan air bersih akibat bencana itu. Yaitu, Desa Wagir Kidul, Bedrug, Tegalrejo, dan Singgahan. Jumlah pasti keluarga yang mengalami kesulitan air belum terdata. Yang jelas, warga yang mengandalkan suplai air dari Desa Banaran cukup banyak.
’’Banyak warga desa kami yang kesulitan air. Gara-garanya, sumber air tertutup longsoran,’’ kata Budiono, staf pemerintah Desa Singgahan, saat ditemui kemarin (5/4).
Di desanya, lanjut Budiono, ada tiga dusun yang terimbas. Yakni, Cengkir, Kradi, dan Mojo. Jumlah jiwa yang memanfaatkan air Banaran di atas 300 orang.
Budiono menegaskan, pembangunan jaringan air dari Banaran sudah lama dilakukan. Panjangnya sekitar 6 kilometer. Jaringan air dibangun dari anggaran bantuan provinsi dan dana sukarela masyarakat.
” Jaringan dikelola desa. Masyarakat cukup setor Rp 5 ribu per bulan,’’ tutur Budiono. ”Air digunakan untuk semua aktivitas. Termasuk memasak,” lanjutnya.
Menurut dia, masyarakat memang belum melapor. Warga masih berupaya menggali sumber air baru. Lokasinya juga berada di Banaran. Budiono mengatakan bakal ber- komunikasi dengan pemerintah jika upaya warga buntu.
Saitun, warga Dusun Mojo, Desa Singgahan, adalah salah seorang yang kelimpungan karena sumber air di Desa Banaran tertimbun tanah. Perempuan 66 tahun itu harus berjalan lebih dari 200 meter untuk mendapatkan air bersih.
’’ ( berat, Red). Biasanya tiga kali sehari,’’ tuturnya sambil membawa air menaiki jalan menanjak menuju rumahnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo Sumani mengatakan belum mengetahui soal kesulitan air bersih yang dialami warga. Pihaknya belum mendapat laporan. ”Saat ini kami berfokus pada evakuasi korban,” ucapnya.
Sementara itu, pencarian korban kemarin tidak membuahkan hasil. Jumlah korban yang ditemukan tidak bertambah. Artinya, sisa korban yang belum ditemukan tetap 25 orang.
Sama dengan hari sebelum nya, evakuasi masih mengan dalkan alat berat. Bedanya, petugas lebih mengaktifkan anjing pelacak. Ada empat titik yang diprioritaskan untuk digali.
” Titik-titik yang ditandai itu dibuat berdasar anjing pelacak. Diduga ada korban,’’ kata Sumani.
Dia menjelaskan, evakuasi terbantu dengan masuknya relawan tambahan. Masyarakat yang bergabung terus ber tam bah dari berbagai daerah. (hen/c7/ang)