Jawa Pos

Wafat di RSUD, Langsung Dapat Akta

-

SIDOARJO – RSUD Sidoarjo terus membuat terobosan baru untuk meningkatk­an pelayanan masyarakat. Kemarin (5/4) RS milik pemkab itu meluncurka­n program e-Tamat (akta kematian elektronik). Program tersebut menjadi inovasi lanjutan dari Alamak (anak lahir membawa akta dan kartu keluarga).

Gagasan baru untuk memberikan pelayanan akta kematian pasien yang meninggal di RSUD pun didukung penuh oleh dinas kependuduk­an dan catatan sipil (dispendukc­apil).

Kemarin uji coba program e-Tamat dilakukan salah seorang pasien tuberkulos­is (TB) yang baru saja meninggal pada Minggu (2/4)

Karena itu, dinkes melalui puskesmas terus melakukan sosialisas­i kepada seluruh masyarakat untuk melakukan gerakan PSN bersama. Salah satunya, membentuk juru pemantau jentik (jumantik). ”Yang harus dilihat adalah angka bebas jentik (ABJ, Red)-nya seberapa,” terangnya.

Idong menuturkan, selama ini RSUD maupun puskesmas di Sidoarjo terus meningkatk­an pelayanan kesehatan terhadap pasien. Jadi, ketika ada pasien yang suspect DBD, puskesmas harus melakukan observasi terhadap pasien. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya keterlamba­tan penanganan. ”Sekaligus supaya tidak kecolongan,” lanjutnya.

Selama ini kasus kematian karena DBD disebabkan keterlamba­tan penanganan. Menurut dia, banyak masyarakat yang kurang tahu terhadap tanda-tanda DBD. Dengan begitu, kondisi pasien saat dibawa ke puskesmas sudah parah. Trombositn­ya sudah sedikit sekali. ”Kalau ada pasien suspect DBD, puskesmas atau RSUD langsung melakukan observasi. Sebab, trombosit pasien DBD cepat naik turun,” ujarnya.

Idong menyatakan, tanda-tanda DBD adalah demam tinggi, nyeri sendi dan otot, serta pusing. Selain itu, muncul ruam di sebagian tubuh dan pendarahan ringan di hidung. ”Kalau sudah sampai pendarahan, berarti kondisi sudah parah,” tandasnya. (ayu/c25/hud)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia