Korban Beber Perompak Berseragam di Sungai Mahakam
SAMARINDA – Aksi perompakan di perairan Sungai Mahakam bukan hal baru. Sebelum aksi Dedi Karau dkk terbongkar, perbuatan serupa dengan skala lebih besar lebih dahulu diungkap.
Namun, siapa sangka kasus itu membuka fakta lain seputar keterlibatan oknum aparat penegak hukum. Berita seputar penangkapan Dedi Karau di kawasan Loa Duri, Kukar, Rabu (5/4), menjadi viral di jagat maya. Beberapa netizen turut berkomentar. Di antaranya, menceritakan pengalamannya disambangi perompak berseragam.
Salah satu yang berhasil dihubungi Kaltim Post ( Jawa Pos Group) adalah seorang awak di kapal yang berseliweran di Sungai Mahakam. Atas alasan keamanan, dia meminta identitasnya tidak disebutkan.
Dalam perbincangan melalui pesan singkat, sumber itu menyatakan, perompakan sering dia temui saat kapal tunda yang dia tumpangi sedang berlayar. ”Tapi, kesal juga karena tidak bisa berbuat apa-apa,” ucap dia. Sulitnya lagi, para perompak berseragam tersebut mengenakan penutup wajah untuk menyamarkan identitas. Para awak kapal pun diawasi untuk tidak mengambil gambar.
Berdasar pengalamannya disambangi perompak berseragam, tidak banyak uang yang diminta. Sedikitnya Rp 200 ribu diterima para perompak itu. Hanya, aksi tersebut mereka lakukan di semua kapal yang melintas di Sungai Mahakam. Kenyataan tersebut dia dapat setelah berbagi cerita dengan sesama awak kapal lainnya.
Menurut dia, setiap hari ada 30 kapal yang rutin melintas. Jika dikalkulasi, setiap bulan mereka bisa meraup sedikitnya Rp 180 juta. Dalam setahun, jumlahnya bisa mencapai Rp 2,1 miliar. Itu belum termasuk rampasan solar yang dipindahkan ke jeriken khusus.
Si netizen mengungkapkan, proses pungutan terjadi mulai dari Jembatan Mahkota II sampai ke kawasan Kutai Kartanegara. ”Mereka habis dapat amplop langsung pergi,” ujarnya.
Menanggapi informasi tersebut, Kasubbag Humas Polresta Samarinda Ipda Danovan tidak membenarkan fakta itu. ”Kami kan sedang berfokus memberantas pungli (pungutan liar),” ujar Danovan. Kalaupun ada, pihaknya menegaskan siap menelusuri tindakan yang dianggap menyalahi aturan hukum tersebut.
Perwira berpangkat balok satu itu ingin memastikan kebenaran informasi tersebut. ”Jika benar, tentunya dilihat dulu di mana tempat dia bertugas. Tidak mungkin polisi darat ’main’ di perairan,” tegas Danovan. (*/dra/ndy/c6/ami)