Jawa Pos

Muscab Demokrat Terancam Deadlock

Muncul Dua Calon, Aklamasi Bisa Batal

-

SURABAYA – Suksesi di tubuh DPC Partai Demokrat (PD) Surabaya segera bergulir. Rencananya, agenda itu dihelat dalam musyawarah cabang (muscab) serentak di Asrama Haji Sukolilo pada Minggu (9/4).

Namun, situasi panas mulai melanda internal partai berlogo Mercy itu. Pemicunya adalah munculnya dualisme calon ketua baru. Bahkan, gara-gara problem tersebut, muscab terancam batal dilaksanak­an.

Berdasar informasi di internal PD Surabaya, sebelum pelaksanaa­n muscab, muncul empat calon ketua DPC. Yakni, Ratih Retnowati (wakil ketua DPRD Surabaya), M. Machmud (anggota DPRD Surabaya), Junaedi (anggota DPRD Surabaya), dan Siswandi (salah satu ketua divisi di DPC PD Surabaya). Belakangan, Machmud dan Junaedi menyatakan tidak akan mencalonka­n diri. Machmud sempat disebut bakal ditunjuk menjadi sekretaris DPC mendamping­i Ratih. Jabatan bendahara akan diberikan kepada Ninik Sulistyani­ngsih, anggota DPRD Jatim. Namun, komposisi ”kabinet” DPC itu kini dikabarkan berubah.

Mendekati musda, bursa kandidat mengerucut pada dua nama. Yakni, Ratih dan Siswandi. Dua kandidat itu sama-sama mengantong­i dukungan dari ketua DPAC. Padahal, berdasar kebijakan partai, pemilihan ketua dalam muscab ditargetka­n aklamasi. Dengan kata lain, ketua terpilih harus mendapatka­n dukungan dari seluruh DPAC. Karena itu, para kandidat harus bisa membuat kompromi-kompromi politik. Aturan tersebut juga sudah disosialis­asikan langsung oleh DPD PD Jatim.

Kebijakan itulah yang kini memicu polemik. Pasalnya, dukungan dari 28 ketua DPAC yang memiliki hak suara masih terbelah. Sebagian mendukung Ratih, sebagian lagi condong pada Siswandi. ”Kabar terakhir, ada 21 PAC yang mendukung Bu Ratih dan 7 PAC yang memilih Pak Siswandi,” kata sumber Jawa Pos di Demokrat. Kondisi itulah yang membuat skenario aklamasi saat muscab terancam gagal. ”Padahal, jika tidak aklamasi, ada potensi muscab ditunda,” lanjut sumber tersebut.

Sementara itu, sejumlah DPAC pendukung Siswandi mengakui kondisi tersebut. Mereka menyebut menolak aklamasi karena persoalan sosok. ”Kami tetap menganggap bahwa muscab adalah forum untuk mencari figur pemimpin terbaik. Jika diputus lewat setuju atau tak setuju, itu tidak objektif,” kata Ketua DPAC PD Benowo Nur Kholik.

Dia menyebutka­n, sikap sebagian PAC yang mendukung Siswandi bukan karena mencari sensasi. ”Sebab, kami sudah lama berproses. Ini murni untuk mencari sosok terbaik,” ujarnya. Terkait instruksi partai yang berharap muscab bisa berlangsun­g aklamasi, Kholik mengaku kecewa. Sebab, cukup banyak aturan yang baru muncul saat muscab bakal berlangsun­g.

Sementara itu, DPD PD Jatim tetap optimistis muscab PD Surabaya bisa berlangsun­g sesuai jadwal. Sebab, saat ini sudah ada kompromi antar-para kandidat. ”Dari laporan yang kami terima, semua sudah sepaham,” kata Sekretaris DPD PD Jatim Renville Antonio.

Dia membenarka­n bahwa DPD mengingink­an pemilihan ketua DPC PD Surabaya berlangsun­g dengan musyawarah mufakat. Para kandidat melakukan kompromi untuk memilih salah satu. ”Ini demi kebesaran partai. Kami berharap seluruh kader berbesar hati bersama-sama membangun PD,” ungkapnya. (ris/c6/oni)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia