Jawa Pos

Turun-temurun Belajar Balet dan Disiplin

Sudah lebih dari 60 tahun Marlupy Dance Academy berdiri. Ribuan penari balet profesiona­l lahir dari sekolah tari tersebut. Tidak jarang, murid-murid itu belajar secara turun-temurun. Dari oma hingga cucunya.

- FERLYNDA PUTRI

KENANGAN Jenny Kurniawati, 43, kembali berkelebat ketika memasuki ruang latihan di Marlupi Dance Academy, Jalan Pandan No 26. Dia teringat masa-masa menjadi asisten balet Marlupi Sijangga di sekolah itu. Di sana dia melihat 11 anak yang sedang berlatih.

Jenny datang ke Marlupi Dance Academy tidak sendiri. Pada Rabu (5/4) dia datang bersama Dewi Hermani, ibunya, dan Jessica Eldora, anak pertama Jenny. Mereka datang atas undangan dari Marlupi. Marlupi dan tiga generasi tersebut memang dekat. Maklum, ketiganya adalah muridnya.

Jenny mulai belajar balet saat usianya 3,5 tahun. Sebelum itu, Dewi, 68, menjadi asisten. Dewi yang sejak muda belajar tari diminta menjadi asisten Marlupi. ’’Jenny dulu tomboi sekali. Makanya, saya paksa untuk ikut balet,’’ kata Dewi.

Paksaan itu ternyata membawa hasil positif. Waktu SMP, kira-kira usia 13 tahun, Jenny mengikuti jejak ibunya menjadi asisten pengajar di sekolah tari tersebut. Dia membimbing belasan murid ketika itu. Selama 24 tahun Jenny menjadi asisten pelatih balet di sana.

Banyak sekali pengalaman menarik yang dia miliki selama itu. Misalnya, ketika hamil Jessica. Pada usia kehamilan sembilan bulan, dia masih mengajar. Dari rumahnya hingga Marlupi Dance Academy, dia mengemudik­an mobil sendiri. ’’Bahkan, sehari sebelum lahiran, saya masih ngajar nari. Bu Marlupi memang disiplin,’’ ucapnya.

Darah balet itu ternyata turun ke Jessica. ’’Mungkin karena terbiasa dari dalam kandungan, jadi dia tidak perlu dipaksa,’’ tutur Jenny. Jessica sejak kecil dekat dengan Marlupi. Maklum, ketika Jenny mengajar, Jessica diasuh Marlupi. Sampai-sampai ada panggilan spesial dari Jessica untuk Marlupi, mimi.

Namun, meski sudah dekat dengan mimi, soal belajar tetap sama. Disiplin. Jessica tidak lantas jadi murid yang spesial dibandingk­an yang lain. ’’Kalau mimi yang melatih, keringat ( yang keluar) bisa bercucuran,’’ ucap siswi SMP Gloria tersebut. Di sana memang tidak hanya diajari teknik balet, tetapi juga sikap dan tata krama. Gemblengan Marlupi mengenai dua hal tersebut sangat keras. ’’Disiplin itu nomor satu bagi saya. Selanjutny­a, kita harus bisa bersikap baik,’’ jelas perempuan yang baru berulang tahun ke-80 tersebut. Didikan keras itu pun kini bisa diaplikasi­kan Dewi, Jenny, dan Jessica dalam kehidupan seharihari. (*/c15/jan)

 ?? DIKA KAWENGIAN/JAWA POS ?? TIGA GENERASI: Marlupi Sijangga (dua dari kiri) bersama Dewi Hermani (kiri), Jenny Kurniawati (kanan), dan Jessica Eldora. Ketiganya belajar balet dari Marlupi.
DIKA KAWENGIAN/JAWA POS TIGA GENERASI: Marlupi Sijangga (dua dari kiri) bersama Dewi Hermani (kiri), Jenny Kurniawati (kanan), dan Jessica Eldora. Ketiganya belajar balet dari Marlupi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia