Enam Teroris Ditumpas di Ladang Jagung
Serang Pos Polisi di Pinggir Hutan Tuban Polri Yakin Pelaku Anggota JAD
TUBAN – Teroris benar-benar menjadikan polisi sebagai sasaran serangan. Kemarin (8/4) dua polisi yang bertugas di pos lalu lintas di Jalan Raya Jenu, Tuban, Jatim, diserang kawanan teroris yang mengendarai mobil Daihatsu Terios.
Untung, keduanya berhasil menyelamatkan diri. Bahkan, gerombolan teroris yang berjumlah enam orang itu akhirnya berhasil ditumpas tim gabungan Brimob Polda Jatim, Polres Tuban, dan TNI
Polisi memastikan bahwa pelaku memiliki benang merah dengan jaringan Zainal Anshori, pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang Jumat lalu (7/4) ditangkap di Paciran, Lamongan, Jatim. ”Yang jelas, ada kaitannya dengan teroris JAD. Setelah ada tiga yang ditangkap (dalam operasi Densus 88 di pantura Lamongan Jumat, Red),” kata Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin dalam ekspose di Mapolres Tuban tadi malam.
Menurut dia, tujuan serangan adalah melakukan amaliyah dan balas dendam atas penangkapan sejumlah teman mereka di Lamongan pada Jumat. Selain jaringan JAD, kelompok teroris tersebut juga terkait dengan jaringan bom Thamrin.
Meski pelaku terkesan agak amatiran dengan menggunakan senjata rakitan, Kapolda menyebut mereka cukup terlatih. ”Mereka pernah melakukan pelatihan.”
Dalam ekspose tersebut, Machfud hanya menyebut satu nama. Yakni Satria, 19, warga Kota Semarang. Nama itu didapat dari paspor yang ditemukan di dalam Terios bernopol H 9037 BZ, mobil yang ditumpangi para teroris. ”Nanti kami kembangkan. Termasuk memastikan identitas lainnya,” tambah dia.
Machfud juga mengatakan, seluruh pelaku masih sangat muda. Usia mereka sekitar 25 tahun. Dugaan sementara, mereka warga Semarang. Itu didasarkan asal mobil yang mereka operasikan. ”Kendaraan yang mereka gunakan merupakan mobil rental dari Semarang. Makanya, mereka dengan tenang meninggalkan kendaraan di pinggir jalan,” tambah dia.
Teror tersebut terjadi sekitar pukul 10.00. Mobil Terios putih yang melaju dari barat (arah Semarang) itu berhenti di barat pos black spot therapy kawasan pinggir hutan Jati Peteng, Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban. Mobil itu pelan-pelan mendekat dengan jendela tengah kiri terbuka. Dari jarak 2–3 meter, penumpang di bagian tengah melepaskan 3–4 kali tembakan dengan pistol.
Dua anggota Satlantas Polres Tuban yang berada di dalam pos, Aiptu Yudi Suryanto dan Aiptu Tatag, seketika tiarap, lalu lari ke belakang pos setelah mendobrak dinding tripleks. Tembakan para teroris itu hanya mengenai dinding pos di pinggir hutan tersebut. Setelah menyerang petugas, mobil tersebut kabur ke timur (arah Surabaya). Setelah suasana aman, Yudi menghubungi Polsek Jenu dengan handie-talkie (HT). Polsek tersebut berjarak sekitar 4 kilometer di timur pos polisi tersebut.
Begitu menerima laporan dari rekannya, tiga anggota polsek langsung turun dengan mengendarai mobil patroli 802. Mobil itu mengambil posisi menghadang di depan mapolsek. Begitu tahu dihadang, mobil teroris masuk SPBU di depan mapolsek untuk putar haluan dan kabur ke barat. Mobil patroli polsek pun berusaha mengejar sambil meminta bantuan.
Ketika mengejar, mobil polsek sempat berusaha memepet, tapi ditabrak mobil teroris. Karena merasa terjepit, teroris di jok depan dan tengah mengeluarkan senjata api. Karena yang dikejar berusaha memberikan perlawanan, mobil polsek menjauh ke barat.
Karena ruang geraknya diblokade, mobil Terios berhenti di depan gudang Andalan, Desa Beji, Kecamatan Jenu, Tuban. Sejumlah warga setempat melihat bahwa dua di antara enam penumpang mobil itu menenteng senjata laras panjang. Selebihnya membawa pistol. Mereka menuju persawahan di selatan jalan nasional Tuban–Semarang.
Mulanya, Polres Tuban mengerahkan anggota untuk memburu para teroris tersebut. Karena mereka bersenjata, Kapolres Tuban AKBP Fadly Samad meminta bantuan kendali operasi (BKO) Brimob Polda Jatim. Dengan dibantu TNI, pasukan menyisir persawahan untuk mengejar pelaku. Ketika pengejaran, sejumlah warga Desa Suwalan, Kecamatan Jenu, mendengar suara ledakan di sekitar Willis Hill Re- sort. Diduga, suara tersebut berasal bom teroris.
Setelah disisir selama lima jam, sekitar pukul 15.00 aparat gabungan berhasil menemukan persembunyian teroris di kawasan tanaman jagung Desa Suwalan. Setelah terlibat baku tembak sekitar 30 menit, enam terduga teroris tewas.
Setelah semua teroris berhasil dilumpuhkan, polisi dikejutkan dengan kedatangan seorang pria berjenggot dan bersarung. Dia berusaha mendekati mobil Terios yang ditinggal para teroris dan hendak mengambilnya. Dugaan polisi, dia bagian dari komplotan teroris tersebut. Karena itu, dia langsung ditangkap dan dibawa ke Polres Tuban.
Jenazah enam teroris itu tadi malam dibawa ke RS Bhayangkara Polda Jatim. Tiga ambulans yang membawa jenazah para teroris tersebut tiba di RS yang terletak di kompleks Polda Jatim itu sekitar pukul 22.00 dan langsung menuju gedung disaster victim identification (DVI).
Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera menyatakan belum bisa memberikan nama enam teroris tersebut. Sebab, pihaknya masih harus mencocokkan data primer dan sekunder. ”Data primer akan kami peroleh dari identifikasi yang kami lakukan ini,” ujarnya.
Data primer diambil dari darah, gigi, rambut, dan yang terkait dengan jenazah. Adapun data sekunder terkait dengan beberapa identitas yang diperoleh. Misalnya paspor dan KTP. ” Yang paling penting adalah darahnya, apakah cocok dengan identitas yang kami peroleh,” jelasnya. ”Kami akan berikan konfirmasi identitasnya, mungkin satu sampai dua hari ke depan,” tegas Frans. Dari Turki, Ditangkap Densus Sementara itu, kemarin sore Densus 88 Antiteror juga meng- amankan seorang pria berinisial MNU, 44. Dia ditangkap di Terminal 2 Bandara Juanda Surabaya ketika turun dari pesawat rute Kuala Lumpur–Surabaya pukul 15.20.
MNU memang diintai Densus 88 karena diduga bergabung dengan ISIS. Begitu menerima informasi dia bakal terbang ke Surabaya, Densus 88 berkoordinasi dengan petugas Bandara Juanda untuk melakukan penindakan.
” Tadi sore sekitar pukul 16.00 tim densus menelepon saya untuk pinjam tempat (pemeriksaan, Red),” ujar Direskrimum Polda Jatim Kombespol Agung Yudha Wibowo kemarin.
MNU adalah orang Jatim yang baru pulang dari Turki. ”Dia pulang karena dideportasi, tapi belum jelas penyebabnya apa,” ucapnya. Sampai berita ini ditulis, pemeriksaan MNU masih berlangsung di Mapolda Jatim. (tok/ ds/jpr/bin/aji/c11/c9/nw)