Jawa Pos

Perintah Serangan di Pertemuan Malang

-

PERISTIWA yang terjadi di Tuban kemarin (8/4) ternyata memang sebuah serangan. Bukan sekadar sebuah kebetulan acak. ”Sebelumnya kami sudah mengungkap ada plot penyeranga­n di Polsek Brondong, Lamongan, dan sejumlah pospol di Tuban,” kata seorang anggota Densus 88 yang tak mau namanya disebutkan

Menurut dia, enam orang itu tengah melakukan amaliah (istilah mereka untuk menyebut aksi). ”Untung saja, tidak ada korban jiwa di pihak kami,” ucapnya. Selain itu, sumber tersebut mengungkap­kan bahwa para pelaku aksi kurang terlatih. Karena itulah, mereka gagal menembakka­n pistol mereka ke arah dua polantas di Tuban.

Siapa mereka? Sumber tersebut menjelaska­n bahwa mereka adalah kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD) yang berasal dari Jawa Tengah. Sekadar diketahui, JAD merupakan salah satu tanzhim sirri (organisasi/jaringan rahasia) pengikut ISIS yang dipimpin Aman Abdurrahma­n. Nama terakhir masih mendekam di Nusakamban­gan. ”Ini semuanya hasil dari pertemuan di Malang pada 24 September 2016,” kata sumber tersebut.

Ketika itu ada pertemuan perwakilan JAD seluruh Indonesia di Malang. Dalam pertemuan tersebut, amir JAD Jawa Timur mewakili Aman memberikan perintah untuk melakukan amaliah di kawasan masing-masing secepatnya.

Sumber itu menyatakan bahwa rencana serangan tersebut tidak sebatas dilakukan di Lamongan dan Tuban. Tapi juga di sejumlah kota di Jawa Timur. Antara lain Surabaya dan Tulungagun­g. ”JAD memang punya ambisi melakukan amaliah di Jawa Timur. Sebab, rencana aksi mereka di Surabaya pada bulan puasa tahun lalu (2016) kami gagalkan,” paparnya.

Dia menambahka­n, para teroris yang melakukan aksi di Tuban itu juga berencana pergi ke Syria. ”Meski berniat melakukan serangan bunuh diri, mereka juga bersiap untuk pergi ke pusat ISIS di Timur Tengah,” ungkapnya. Itu dibuktikan dengan paspor yang mereka bawa.

Sumber tersebut menjelaska­n bahwa pola penyebaran kelompok ISIS di Indonesia adalah menyasar para mahasiswa dan orang-orang yang mengalami ”kebangkita­n spiritual”. ”Lihat saja Zainal Anshori. Semangat keagamaann­ya yang terlalu tinggi malah membawanya masuk ke dalam kelompok teror,” ucapnya.

Di bagian lain, Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian Ali Fauzi yakin para pelakunya adalah pengikut ISIS. ”Baik dari pola, kemampuan, maupun karakter serangan mereka,” tegas pria yang juga adik pelaku bom Bali Amrozi dan Ali Ghufron tersebut.

Ali Fauzi juga mengaku sempat mendengar tentang perintah pada 24 September 2016 di Malang itu. ”Saya melihat bahwa ini imbas dari perubahan situasi di Syria dan Timur Tengah. ISIS mulai terjepit dan pintu masuk ke Syria diperketat,” terangnya. ”Maka, mereka memutuskan untuk main di Indonesia,” tambahnya.

Pria yang pernah melatih lebih dari 3.000 mujahidin di Poso tersebut memprediks­i aksi-aksi teror sporadis terus bermuncula­n sepanjang 2017 ini. ”Karena memang akar radikalism­e masih terus menjalar di masyarakat,” kata pria yang pernah dikafirkaf­irkan Zainal tersebut.

Polisi Jateng Kejar Pemilik Mobil Polisi Jawa Tengah (Jateng) menyelidik­i peran warga Genuk Krajan, Kecamatan Candisari, Semarang, bernama Hariyanto. Nama laki-laki tersebut dikaitkan dengan aksi di Tuban kemarin.

Dari STNK yang disita polisi, mobil Terios bernopol H 9037 BZ itu beratas nama Hariyanto, warga Genuk Krajan VII, RT 03 RW 04, Candisari, Semarang. Saat dilakukan penelusura­n di alamat tersebut, warga sekitar mengungkap­kan bahwa alamat itu benar dan sebelumnya pernah dihuni Hariyanto. Namun, Hariyanto sudah tidak menghuni rumah tersebut tiga tahun terakhir. ”Kurang lebih tiga tahunan tidak pulang ke sini. Saya tidak pernah melihatnya,” ungkap Ketua RT Mawardi Iskak, 41, kemarin.

Rumah yang dulu ditempati Hariyanto sudah dihuni orang lain. Warga tidak mengetahui keberadaan Hariyanto sekarang. ”Itu rumah Pak Suranto, mertuanya. Dia itu pendatang. Rumahnya sekarang dikontrakk­an. Kalau pindah ke mana saya tidak tahu.”

Soal mobil Terios, Mawardi mengaku tidak pernah melihat ada mobil yang terparkir di rumah Hariyanto sebelumnya. ”Saya tidak tahu, soalnya tidak pernah melihat ada mobil itu. Sebab, sesuai kesepakata­n, mobil warga diparkir di lahan kosong di area RT sini. Sehingga kalau ada mobil itu pastinya terlihat,” jelasnya.

Meski demikian, Mawardi membeberka­n, sebelumnya memang ada sejumlah polisi yang juga menanyakan Hariyanto. ” Tadi juga ada yang ke sini, mungkin dari polisi Polda Jateng, ya tanyatanya Hariyanto,” ungkapnya.

Warga yang tak mau namanya disebutkan dan tinggal di depan rumah yang dulu dihuni Hariyanto mengatakan, pria yang dimaksud dikenal tertutup dan jarang bergaul dengan tetangga. ”Kira-kira sudah tiga tahun dia dan keluargany­a pindah,” ucapnya.

Kasubdit VI Keamanan Negara Direktorat Intelkam Polda Jateng AKBP Sukandar menyatakan, pihaknya telah menelusuri alamat yang dimaksud. Hanya, pada saat dilakukan pengecekan, Hariyanto tidak ditemukan. ”Saat kami cek, yang bersangkut­an sudah pindah rumah. Penelusura­n masih terus kami lakukan, termasuk meminta keterangan kepada rekan yang bersangkut­an,” ungkapnya.

Sukandar menambahka­n, hingga saat ini Hariyanto belum diketahui terlibat dengan jaringan terlarang. Namun, pihaknya tetap mengawasi gerak-gerik Hariyanto. Hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan penelusura­n di lapangan sebagai bahan pengembang­an.”Kalau diperlukan, kami akan back up Polda Jatim, khususnya terkait pemilik mobil yang beralamat di Semarang. Kami juga masih terus menelusuri siapa saja yang saat itu bersama pemilik mobil itu.” (ano/mha/jpr/c9/nw)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia