Kongres Pertanyakan Serangan
PRESIDEN AS Donald Trump panen dukungan dari kongres atas serangan rudal ke pangkalan udara militer Shayrat di Provinsi Homs, Syria, Jumat (7/4). Sebagian besar anggota Partai Republik maupun Demokrat satu suara. Mereka menganggap penyerangan itu sebagai langkah yang tepat dan dieksekusi dengan baik.
”Saya berharap serangan itu meyakinkan rezim Assad bahwa tindakan mereka tidak boleh diulangi,” ujar senator Mark Warner dari Partai Demokrat. Dia merupakan wakil pemimpin Komite Intelijen Senat.
Tapi, setelah serangan usai, kongres mulai mempertanyakan langkah selanjutnya yang bakal diambil Presiden AS Donald Trump. Suami Melania itu cenderung tutup mulut dan tidak mencuit seperti biasanya setelah serangan tersebut. Padahal, kongres ingin pemerintah memaparkan strategi untuk mengatasi masalah di Syria pada masa yang akan datang. Termasuk, rencana Trump untuk membuat zona aman di dalam Syria agar korban perang tidak perlu menjadi pengungsi di negara-negara lain.
”Kita membutuhkan strategi untuk mengetahui tujuan kita di Syria. Apakah tujuan kita hanya mengalahkan ISIS; mengubah rezim yang sudah ada; dan jika ada kebijakan untuk mengubah rezim, lantas setelah itu apa?” tanya senator John Cornyn dari Partai Republik.
Meski setuju, para senator mengkritik cara yang Trump gunakan untuk menyerang Syria. Sebab, pria yang baru memimpin AS seumur jagung itu tidak meminta persetujuan kongres terlebih dulu. Trump mendapatkan informasi serangan senjata kimia di Syria, lalu langsung menggelar rapat dengan penasihat keamanan nasionalnya selama dua hari.
Kamis siang (6/4), saat terbang menuju Florida untuk menjamu Presiden Tiongkok Xi Jinping, dia menggelar pertemuan lagi via video conference. Sorenya dia kembali mengelar rapat dengan Menteri Dalam Negeri Rex Tillerson dan penasihat keamanan nasional Jenderal H.R. McMaster di Palm Beach, Florida. Trump akhirnya memberikan lampu hijau untuk menyerang Syria dengan rudal penjelajah.
Saat makan malam dengan Xi, Trump memberitahukan bahwa rudal pertama sudah mengenai target. Saat itulah Gedung Putih baru menelepon anggota kongres satu per satu dan memberitahukan serangan tersebut. Ada 59 rudal yang diluncurkan dua kapal tempur milik AS, USS Ross dan Porter, dari Laut Mediterania bagian timur.
Anggota kongres bersikukuh agar Trump mendapatkan izin terlebih dulu sebelum melakukan serangan militer. Rudal Tomahawk diluncurkan ke Shayrat tanpa pemberitahuan kepada kongres terlebih dulu. ”Kongres harus menghidupkan tanggung jawab konstitusionalnya untuk mendebat otorisasi penggunaan kekuatan militer terhadap negara yang berdaulat,” tulis pemimpin partai minoritas Nancy Pelosi kepada Ketua House of Representatives (DPR) Paul Ryan. Dia meminta anggota DPR kembali ke Washington. Mereka saat ini reses dan baru aktif lagi akhir April.
Hal senada diungkapkan senator Tim Kaine dari Demokrat. Menurut dia, Trump telah melanggar hukum yang berlaku di AS karena tidak mendapatkan persetujuan kongres terlebih dulu sebelum melakukan aksi itu. ”Jelas sekali (eksekutif, Red) tidak cukup berkonsultasi (dengan kongres, Red) dan konstitusi sudah menjelaskan hal itu. Kamu tidak bisa pergi perang tanpa voting di kongres,” tegasnya. (Reuters/ AlJazeera/sha/c11/any)