Jawa Pos

KBM SDN Banaran Pindah ke Masjid

-

TANAH longsor di Desa Banaran, Pulung, Ponorogo, tidak hanya merenggut korban jiwa dan kerugian material. Namun, berdampak ke sektor lain. Mulai pendidikan hingga perekonomi­an. ”Anak-anak kami pindahkan ke masjid sebagai antisipasi,’’ kata Kepala SDN Banaran Sukarti kemarin (8/4).

Sebab, ancaman longsor susulan masih berpotensi terjadi. Apalagi, jarak material longsor hanya sekitar 50 meter dari sekolah. Sukarti tidak mau ambil risiko. Kegiatan belajar-mengajar (KBM) wajib terus berjalan. Masjid setempat pun menjadi pilihan.

Tak pelak, KBM dilakukan seadanya. Mulai meja hingga papan tulis, bahkan serambi masjid berukuran 10 x 8 meter dipakai anak didiknya dari kelas I–VI. Jika masuk semua, jumlahnya 169 siswa. ”Sementara memang belum semua siswa masuk. Baru 86 yang masuk,’’ ujarnya.

Sukarti belum mewajibkan peserta didiknya masuk sekolah. Terutama yang menjadi korban terdampak langsung. Mulai yang kehilangan rumah hingga anggota keluarga dan orang tua. Ada beberapa siswa yang ikut keluargany­a di luar Desa Banaran. Bahkan, ada yang luar kecamatan.

Sukarti menyebutka­n, KBM belum berlangsun­g normal. Pelajaran lebih banyak tentang permainan. Prinsipnya mengembali­kan semangat belajar dan menghilang­kan trauma. ”Ada beberapa anak didik kami yang datang dengan tidak memakai seragam. Memang hilang tertimbun longsor,’’ ungkapnya.

Anak didiknya secara tidak langsung terdampak bencana. Mereka mendengar gemuruh material. Jaraknya cukup dekat dengan ujung material. Bahkan, debu material sudah sampai di sekolah. Anakanak yang panik keluar kelas dan langsung diminta menghadap ke selatan membelakan­gi arah longsor. Mereka lantas diarahkan ke selatan untuk menjauhi material hingga satu per satu dijemput keluargany­a. ”Anakanak juga mendengar dahsyatnya longsor. Pastinya trauma,’’ terangnya.

Terpisah, Kepala Desa Banaran Sarnu menyatakan, sementara perekonomi­an warga lumpuh. Segala aktivitas terhenti. Sebagian besar warga merupakan petani jahe. Hasil panen yang harusnya dikeringka­n dibiarkan menumpuk di rumah.

Apalagi, warga terdampak diminta mengungsi. Hasil pertanian ditinggal begitu saja. Kini warga mengandalk­an bantuan para dermawan. Namun, perekonomi­an warga di dusun lain malah terkerek. Terutama yang memiliki usaha warung dan toko. Sebab, mobilitas masyarakat di luar Desa Banaran cukup tinggi. ”Kerugian materi belum dapat ditaksir sampai kini,’’ ujarnya. (agi/sat/c21/end)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia