Jawa Pos

Impikan Ending Impian Tom Boonen

Tom Boonen adalah bintang utama ParisRouba­ix hari ini (9/4). Pembalap Belgia itu bakal pensiun setelah lomba ini. Banyak yang berharap dia mengakhiri karir dengan meraih kemenangan kelima, terbanyak dalam sejarah.

-

PARISROUBAIX telah melahirkan banyak legenda. Yaitu, mereka yang setiap tahun selalu jadi unggulan dan telah mengoleksi banyak batu kemenangan (trofi lomba ini memang bongkahan batu jalanan).

Tahun lalu, Paris-Roubaix mengucapka­n perpisahan kepada Fabian Cancellara, bintang Swiss yang menutup karir pada pengujung 2016. Selama karirnya, ’’Spartacus’’ telah mengoleksi tiga batu kemenangan.

Tahun ini, giliran pesaing utama Cancellara yang menutup karir. Bahkan menutup karir di lomba ini, tidak menunggu sampai akhir musim.

Tom Boonen, yang dikenal dengan julukan ’’Tornado Tom’’ atau ’’Tommeke’’, memang sudah memutuskan untuk berhenti setelah Paris-Roubaix.

Sama dengan Cancellara, Boonen memasuki Paris-Roubaix terakhirny­a ini sebagai unggulan. Dan, dengan dukungan penuh superteam Quick-Step Floors, sangat mungkin Boonen meraih kemenangan hari ini.

Kalau ending impian itu terwujud, Boonen bakal sekaligus mencatatka­n sejarah di lomba ini. Menjadi satu-satunya orang yang memenangin­ya lima kali. Saat ini, Boonen telah menang empat kali, setara dengan Roger De Vlaeminck.

Tanpa dukungan tim saja, Boonen sudah layak ditakuti. Walau usia sudah 36 tahun, pembalap Belgia ini selalu konsisten. Dia meraih kemenangan terakhirny­a pada 2012. Tahun lalu, dia masih mampu finis di urutan kedua, hanya kalah sprint dengan Mathew Hayman.

Pada awal tahun ini, Boonen juga menunjukka­n niat untuk mengakhiri karir dengan perkasa. Dia sudah pernah menang lomba. Di Tour of Flanders Minggu lalu (2/4), dia juga punya peluang menang. Sayang, dia mengalami kerusakan sepeda pada saat krusial.

Impian kemenangan Boonen ini bahkan sudah ada di anganangan bos timnya, Patrick Lefevere, yang telah menaungi Boonen selama 14 tahun.

’’Saya tidak akan menyamakan hubungan saya dengan Tom seperti bapak dan anak,’’ kata pria 62 tahun itu via Cycling News. ’’Tapi tentu saja hubungan saya dengan Tom sangat spesial. Banyak pembalap keluar masuk tim, mereka ganti jersey tim seperti saya ganti celana. Saya tak suka itu. Saya mencintai pembalap dan staf yang bisa saya percaya untuk menuntaska­n peker- jaan. Itu salah satu nilai terpenting di tim kami, dan Tom telah menunjukka­n itu,’’ paparnya.

Lefevere menunjuk sejumlah bintang untuk membantu Boonen hari ini. Di antaranya Niki Terpstra, yang pernah memenangi Paris-Roubaix pada 2014. Semua akan bertugas mengantark­an Boonen ke posisi terdepan ketika lomba mencapai finis di Velodrom Roubaix.

Menghadapi lomba penutupnya, Boonen sendiri tampak sangat dingin dan fokus. Dia tidak mau terlalu emosional, benar-benar fokus mengejar yang terbaik hari ini.

’’Tidak ada gunanya menjadi emosional. Sebagai pembalap, saya mengawali karir lalu menutupnya. Hari terakhir saya segera tiba,’’ tandasnya.

Boonen menegaskan, dia sangat mampu meraih kemenangan kelima di Roubaix. ’’Saya tidak akan kehilangan fokus. Saya sama fokusnya dengan tahun lalu, tapi kondisi saya sekarang lebih baik,’’ ucapnya.

Tapi, karena ini balapan dengan medan mengerikan dan dikenal penuh kecelakaan, Boonen tetap berharap tidak ada masalah selama melahap rute 257 km nanti.

Boonen juga menyampaik­an bahwa para pesaing tidak akan peduli tentang rencananya untuk pensiun. Semua punya tujuan menang, tidak akan menghadiah­kan kemenangan begitu saja kepada Boonen.

Siapa saja para penantang utamanya?

Gara-gara banyak insiden di Tour of Flanders, ada beberapa pembalap hebat absen. Cannondale-Drapac tak bisa menurunkan dua andalannya, Sep Vanmarcke dan Taylor Phinney, karena cedera.

Mark Cavendish juga bakal absen.

Kalau melihat daftar peserta, pesaing bisa muncul dari beberapa tim. Misalnya Ian Stannard dan Luke Rowe dari Team Sky. Lalu, ada John Degenkolb dari Trek-Segafredo.

Dan, tentu saja, ada dua pembalap yang konsisten tampil dahsyat pada awal 2017 ini: Juara dunia Peter Sagan (BoraHansgr­ohe) dan peraih medali emas Olimpiade Rio Greg Van Avermaet (BMC).

Kalau semua unggulan ini ’’selamat’’ memasuki 100 km terakhir, maka bersiaplah menyaksika­n adu otot dan strategi yang mendebarka­n. Mereka akan saling memperhati­kan dan menjaga.

Jangan heran kalau ada yang mencoba melarikan diri saat garis finis masih jauh. Pada 2012, Boonen menang dengan cara itu. Atau, siap-siap pula menyaksika­n adu sprint seru di Velodrom Roubaix, seperti saat John Degenkolb meraih kemenangan pada 2015.

Tapi, siap-siap pula muncul pemenang mengejutka­n. Karena para unggulan saling memperhati­kan, sering kali pembalap yang tak diperhitun­gkan muncul jadi juara.

Termasuk tahun lalu saat Mathew Hayman menang. Dan waktu itu, Boonen yang jadi korban finis kedua! (habis)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia