Akibat Tosser Kebingungan
Evaluasi Ibarsyah setelah Samator Gagal Total
SURABAYA – Kegagalan Surabaya Bhayangkara Samator melaju ke partai puncak Proliga 2017 masih menimbulkan pertanyaan. Bagaimana mungkin klub tangguh berisi pemain timnas itu babak belur di final four?
Mereka hanya mencatatkan satu kemenangan dari enam laga di babak yang menyisakan empat tim itu. Dengan raihan tersebut, Samator pun tenggelam di dasar klasemen akhir. Pelatih Samator Ibarsyah Djanu Tjahjono menyebutkan, ada banyak sekali faktor yang membuat timnya melempem. Di antaranya, receive yang buruk, blocking yang kurang maksimal, dan antisipiasi service jump yang kurang.
Belum lagi, konsentrasi pemain sering kali terganggu. Pemain kurang fokus untuk mengerahkan seluruh kemampuannya di atas lapangan. Namun, ada satu komentar menarik dari pelatih 49 tahun itu. Dia sempat menyalahkan setter/tosser Nizar Julfikar atas kegagalan timnya.
’’ Tosser kami kebingungan. Tosser utama, Nizar Zulfikar, kurang maksimal. Sebab, dia ikut pendidikan (di kepolisian),” ujarnya sebelum putaran II final four.
Nizar kini memang sibuk mengikuti pendidikan Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) di Jakarta. Hal itulah yang menyulitkan tosser 22 tahun tersebut untuk mengikuti latihan Samator di Driyorejo, Gresik. Dengan komentar Barsyah itu, Nizar jadi terlihat sebagai tosser yang gagal untuk melayani teman setimnya.
Tetapi, Nizar justru terpilih sebagai best setter pada final four Proliga tahun ini. Dia mengalahkan Aji Maulana (Palembang Bank Sumsel Babel) dan Dio Zulfikri (Jakarta Pertamina Energi) yang notabene membawa timnya masuk final tahun ini. Total, dia sudah 446 kali memberikan umpan dengan 393 di antaranya sukses menjadi spike. Namun, Barsyah juga melihat sebenarnya hampir seluruh pemain berbuat kesalahan. Kini, Samator harus rela menyaksikan menjadi penonton di Grand Final yang akan diadakan pada 23 April 2017 di GOR Among Rogo, Jogjakarta. Di kategori putra, Pertamina dan Bank Sumsel yang musim lalu hanya peringkat tiga dan empat final four akan bertarung untuk menjadi yang terbaik tahun ini.
Di kelompok putri, dua tim putri asal kota Jakarta yaitu Jakarta Pertamina Energi dan Jakarta Elektrik PLN akan bertemu di final. Pertemuan ini sendiri merupakan partai ulangan dari final Proliga tahun 2016. Kala itu Pertaminan harus mengakui keunggulan Elektrik dengan skor 2-3.
Pelatih Pertamina Risco Herlambang mengatakan sudah mengetahui kelemahan dan kekuatan tim lawan (Elektrik). “Kami sudah sering bertemu. Tahu kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kekuatan kami seimbang,” tutur Risco. (dit/rpd/c7/tom)