Selaraskan 18 Program Studi
Realisasikan Sinergi SMK dan Industri
SURABAYA – Sinergi SMK dengan dunia industri terus dikonkretkan. Saat ini, sinergi itu memasuki tahap penyusunan modul kurikulum antara SMK dan industri.
Kepala Pusdiklat Industri Kementerian Perindustrian Mujiyono menyatakan, kesenjangan antara lulusan sekolah dan kebutuhan kompetensi di industri harus diatasi. Sebab, masih ada jarak di antara dua hal itu. Di sisi lain, tingkat pengangguran bertambah. ”Karena itu, perlu dibangun link and match dengan industri,” ujarnya di Hotel Santika Premiere kemarin (18/4).
Di Jawa Timur, link and match dengan industri tersebut sudah diluncurkan pada 28 Februari. Ada 50 industri yang menjalin kerja sama dengan 234 SMK. Dari 234 SMK itu, dipetakan 18 program studi di SMK yang sesuai dengan kebutuhan industri. ”Ada 18 program studi yang diselaraskan,” tuturnya.
Komitmen penyelarasan tersebut dimulai dengan mendata kebutuhan kompetensi industri. Kemudian, dicocokkan dengan kurikulum di SMK. Mujiyono menyebutkan, ada beberapa kompetensi kebutuhan industri yang belum terakomodasi dalam kurikulum. Misalnya, kimia industri. Ada 12 kompetensi kebutuhan industri yang belum terakomodasi di SMK.
Karena itu, berbagai kompetensi kebutuhan itu disisipkan dalam mata pelajaran di SMK. Sisipan tersebut lantas ditindaklanjuti dengan menyusun silabus tentang materi sisipan. Lalu, dibuat tim penyusun modul tentang materi-materi yang dibutuhkan industri.
Dia menjelaskan, permasalahan di SMK bukan hanya kurikulum. Melainkan juga ketersediaan guru produktif. Artinya, guru yang mengajarkan materi kompetensi masih terbatas. Di SMK, baru ada 22 persen guru yang produktif. Mestinya, ada 60 persen guru yang produktif serta 40 persen guru adaptif dan normatif. ”Jadi, kami juga mengatur hal itu melalui magang guru produktif di industri,” jelasnya.
Permasalahan ketiga adalah ketersediaan prasarana alat. Kondisinya, workshop dan laboratorium sekolah jauh tertinggal dari industri. Jika saat ini industri menggunakan alat generasi ketiga, bahkan masuk ke generasi keempat yang berkaitan dengan teknologi informasi, SMK masih menggunakan peralatan yang 30 persennya tertinggal dari industri. Baik jumlah maupun teknologinya.
Mujiyono mengungkapkan, kerja sama tersebut bersifat jangka panjang. Harus ada kemauan yang gigih dari SMK. Industri harus mau dan bisa membina SMK. ”Jawa Timur jadi pionir dan pilot project. Nanti pada 21 April, link and match di-launching di Jawa Tengah,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan Dispendik Jatim Hudiyono menyampaikan bahwa target tahun ini adalah menciptakan 18 modul pembelajaran kurikulum tambahan untuk 18 program keahlian. Modul pembelajaran tersebut bersifat menambahkan selain dari kurikulum yang sudah disiapkan Kemendikbud. ”Paling tidak, guru di SMK memiliki standar operasional pembelajaran yang sudah disinkronkan dengan industri,” katanya.
Saat ini, ada 234 SMK yang diselaraskan dengan industri. Ke depan, dikembangkan pada 1.986 SMK di Jatim. (puj/c16/nda)