Jawa Pos

Jogjakarta Bangun Iklim Investasi Ekonomi Kreatif

-

SURABAYA – Sejak 2012, Internatio­nal Finance Corporatio­n (IFC) yang merupakan lembaga afiliasi Bank Dunia menetapkan DI Jogjakarta (DIJ) sebagai daerah termudah di Indonesia dalam penanaman investasi. Sekarang daerah tersebut memiliki enam sektor unggulan investasi, yaitu pembanguna­n infrastruk­tur, energi, pangan dan hasil bumi, ekonomi kreatif, budaya dan pariwisata, serta pendidikan.

Dari keenam sektor unggulan, sektor ekonomi kreatif memiliki kontribusi yang besar terhadap pertumbuha­n investasi di DIJ. Sektor ekonomi kreatif itu dikembangk­an di daerah Sleman dan Bantul karena dilalui jalan lingkar ring road Jogjakarta. Fokusnya adalah pengembang­an kerajinan, teknologi informasi, serta industri yang berbasis kebudayaan dan pariwisata.

Kepala Bidang Perencanaa­n, Pengembang­an, dan Promosi Badan Kerja Sama dan Penanaman Modal (BKPM) DI Jogjakarta Sinang Sukanta menyatakan, bisnis di bidang animasi, periklanan, desain, dan fashion mengalami pertumbuha­n yang sangat signifikan. Tahun lalu nilai realisasi investasi, bahkan, naik menjadi Rp 1,19 triliun setelah dibukanya Bandara Kulonprogo.

Pertumbuha­n ekonominya pun cukup stabil, yakni sekitar 5,18 persen setiap tahun. ”Kami menar- getkan pertumbuha­n investasi Jogjakarta meningkat hingga 10 persen setiap tahun,” ujar Sinang kepada Jawa Pos.

BKPM DI Jogjakarta, bahkan, mengganden­g para pengusaha dari Jatim untuk meningkatk­an iklim investasi lewat temu investor di Surabaya kemarin (19/4). Menurut Sinang, kerja sama tersebut tidak hanya berfokus pada nilai investasi, tapi justru pada effect. Dia menambahka­n, banyak pengusaha di Jatim yang membutuhka­n suplai barang dan sumber daya manusia seperti animator dari Jogjakarta. ”Di Gameloft, contohnya. SDM kami sudah mencapai 800 orang,” terang Sinang.

Untuk industri fashion, Jogjakarta juga masih memegang peranan penting dengan produk unggulan batik. Hal tersebut diungkapka­n langsung oleh Ketua Indonesian Fashion Chamber Jogjakarta Lia Mustafa. Dia mengungkap­kan, jumlah perajin dan desainer di Jogjakarta tumbuh pesat.

Hal itu dibuktikan jumlah partisipan Jogjakarta Fashion Week yang mencapai 300 orang. ”Padahal, dulu desainer yang ikut hanya 30 orang,” ungkapnya.

Penjualan produk tekstil khas Indonesia tersebut juga meluas hingga luar negeri. Lia menuturkan, hingga kini Prancis, Belgia, dan Jepang menjadi konsumen setia batik Jogjakarta. (pus/c25/sof)

 ??  ?? multiplier
multiplier

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia