Jawa Pos

Tiga Elemen Harus Bahumembah­u

Pada usianya yang tidak lagi muda, Prof Dr Dr (TS) Ir H Wateno Oetomo MM MT tetap cermat mengamati perkembang­an pembanguna­n saat ini. Pakar manajemen konstruksi dan proyek dari Universita­s 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya itu juga kerap membagikan ilmunya

- Wateno Oetomo Ingatkan Insinyur Jalan Tetap Profesiona­l

’’PEMBANGUNA­N harus dibicaraka­n semua pihak dan harus berhasil menyelesai­kan masalah bersama,’’ terang Prof Wateno saat ditemui Jawa

Pos di gedung pascasarja­na pada Rabu pekan lalu (12/4). Jika tidak ada koordinasi menyeluruh, hasil pembanguna­n hanya akan menimbulka­n gap antara harapan dan kenyataan.

Ketimpanga­n tersebut terjadi dalam pembanguna­n jalan. Pria kelahiran 12 Juli 1947 itu menuturkan, meski sudah dihitung dengan mekanisme teknik, pembanguna­n jalan di Indonesia sering tidak mempunyai umur panjang. Jalan lebih cepat tua bila dibandingk­an dengan perencanaa­n pembanguna­nnya.

Kondisi jalan yang gampang rusak tersebut sebenarnya karena beberapa hal. Di antaranya, salah perencanaa­n, pengawasan kerja yang kurang ketat, hingga beban lalu lintas yang berlebihan. Untuk yang terakhir, Wateno mengakui bahwa kondisi itu umumnya terjadi di Indonesia.

Jumlah aktivitas jalan di Indonesia belum banyak dikaji secara ketat. Akibatnya, prediksi dan perencanaa­n sulit menuai hasil yang sesuai. ’’Di negara maju, pertumbuha­n kendaraan dibatasi 6–10 persen. Nah, di negara berkembang, belum ada patokannya. Termasuk di Indonesia,’’ tegas suami Emy Anik Handayani tersebut.

Aktivitas transporta­si dan beban angkut yang terlalu besar membuat jalan tidak kuasa mempertaha­nkan kemulusann­ya. Jalan sering berlubang, bergelomba­ng, dan rusak parah. Wateno pernah meneliti, jumlah kerusakan jalan di Jatim mencapai 14 persen.

Bukan hanya itu, kondisi jalan di Indonesia saat ini belum bisa beriringan dengan jumlah kendaraan. Jumlah kendaraan tumbuh lebih cepat ketimbang ruang dan panjang jalan. ’’ Akhirnya, kemacetan tak terhindark­an,’’ ungkap laki-laki yang dikukuhkan sebagai guru besar pada 2008 tersebut.

Nah, untuk mengatasi masalah itu, beberapa kota besar sebenarnya telah mengupayak­an bebe- rapa cara. Salah satu upayanya adalah membangun jalan penyangga ( frontage road). Di Surabaya, solusi tersebut sudah diterapkan. Namun, jika tidak didukung koordinasi antar pemerintah daerah, solusi itu tidak dapat berjalan lama.

Saat ini frontage road memang masih menjadi solusi. Tetapi, beberapa tahun lagi mungkin frontage

road sudah tidak bisa diandalkan. Buktinya bisa dilihat ketika orang ingin melintas dari arah Surabaya menuju Sidoarjo. Kepadatan kendaraan bakal tampak saat memasuki wilayah perbatasan.

Untuk mengatasi problem pembanguna­n tersebut, dibutuhkan manajemen konstruksi yang andal. Dalam disertasin­ya yang berjudul Model dan Strategi Manajemen Multidimen­si Berjenjang Pelaksanaa­n Proyek Jalan, Wateno menyebut salah satu solusinya adalah sistem atas bawah. ’’Perencanaa­n harus lancar dan kompak sehingga proyek bisa berjalan sesuai dengan rencana,’’ jelasnya. Selain itu, diperlukan koordinasi antara konsultan, kontraktor, dan pengawas proyek dalam setiap rencana pembanguna­n. Tiga elemen itu harus bahumembah­u menyelesai­kan proyek secara profesiona­l. Pengawasan dan sistem kerja terukur gamblang. Wateno menyatakan, bila kondisi tersebut bisa dijalankan secara saksama, tiga komponen manajemen konstruksi seperti quality, cost, dan time akan terwujud. Quality harus menjadi poin utama yang harus diselesaik­an. Cost dan time dipikirkan setelahnya. ’’ Dua komponen ini untuk membuktika­n pembanguna­n efisien dan efektif,’’ terangnya. (elo/c14/nda) TAK BERIMBANG: Prof Wateno Oetomo memberikan perhatian besar pada perbanding­an pertambaha­n jumlah kendaraan dan kondisi jalan.

TENTANG PROF DR DR(TS) IR H WATENO OETOMO MM MT

Hobi lari pagi sebelum beraktivit­as. Menggemari permainan sulap. Getol menuntut ilmu, meraih program master dan doktoral di empat universita­s berbeda. Pernah Menjabat Jabatan Struktural Kepala Subdinas Penyusunan Program Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur (1996–2001). Kepala Balai Pengujian dan Peralatan Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Timur (1995–1996) Tim Perencanaa­n dan Penyuluhan Lapangan pada Proyek Bendungan Serbaguna Kali Brantas Malang (1973–1976)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia