Banyak di Usaha Mikro dan Kecil
MESKI belum banyak perempuan yang menjadi pemimpin perusahaan besar, telah banyak perempuan Indonesia yang berhasil menjadi wirausaha di berbagai bidang. Mereka rata-rata membuka usaha berskala mikro dan kecil untuk memberdayakan lingkungan sekitar.
Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Nita Yudi mengatakan, perempuan dapat mandiri secara ekonomi dengan menjadi wirausaha. ’’Pekerjaan sehari-hari yang dianggap biasa bisa jadi peluang usaha. Misal, yang hobi memasak bisa buka usaha katering, punya keahlian make-up bisa buka salon kecantikan,’’ ujarnya kemarin (20/4).
Dengan berbagai keahlian dan kreativitas, perempuan bisa membuka berbagai jenis usaha. Tak heran, dari total 49,9 juta usaha mikro dan kecil, sekitar 60 persennya dimiliki perempuan. ’’Mereka itu jadi owner. Ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara ini,’’ tuturnya.
Nita mengungkapkan, Iwapi saat ini memiliki lebih dari 30 ribu anggota yang tersebar di 32 provinsi. Terdiri atas 85 persen pengusaha mikro dan kecil, 13 persen menengah, serta 2 persen pengusaha besar seperti pemilik Sari Ayu dan Mustika Ratu. ’’Melihat data tersebut, perempuan sangat potensial untuk menjadi pemimpin usaha,’’ jelas Nita.
Kesempatan perempuan untuk berwirausaha sangat besar. Hal itu didorong dengan kreativitas yang dimiliki, budaya Indonesia yang beragam, dan sumber daya alam yang melimpah. Namun, untuk menciptakan perempuan pengusaha, diperlukan upaya besar. ’’ Terutama dalam mendorong percaya diri. Banyak perempuan yang tidak percaya diri memulai usaha,’’ ujarnya.
Selain itu, budaya di Indonesia cenderung patriarki sehingga masih ada anggapan pendidikan perempuan tidak perlu tinggi, cukup SMP atau SMA. Hal itu banyak terjadi di daerah pedalaman. ’’Banyak juga yang karena pria lebih prioritas dalam mendapat harta dari keluarga. Padahal, dengan harta dari keluarga, bisa dijadikan modal usaha,’’ katanya.
Padahal, perempuan memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap urusan finansial. ’’Misalkan saat ada profit, selain untuk mengembalikan modal usaha, hal pertama yang dipikirkan adalah untuk kesejahteraan keluarga. Memberikan makanan yang bergizi untuk anak, pendidikan yang layak, artinya dapat mencetak generasi yang potensial,’’ jelasnya. (swn/c19/wir)