Kerek Laba, Bank Pacu Pendapatan Komisi
JAKARTA – Penurunan suku bunga mengakibatkan margin bunga bersih ( net interest margin/ NIM) perbankan ikut terkoreksi. Untuk memacu pertumbuhan laba, perbankan berupaya meningkatkan perolehan pendapatan berbasis komisi (
Tahun ini ruang penurunan suku bunga memang lebih terbatas karena tipisnya likuiditas perbankan serta kenaikan suku bunga The Fed. Meski demikian, kebutuhan terhadap fee based income terus diupayakan karena juga mencerminkan efisiensi biaya operasional bank.
Hal tersebut dilakukan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mengalami penurunan NIM sejak kuartal I 2016. Saat itu NIM BCA masih mencapai 7 persen dan melorot menjadi 6,3 persen pada kuartal I tahun ini.
’’Pendapatan bunga bersih ( net interest income/ NII) naik 3,1 persen secara year-on-year (yoy). Selanjutnya, non-interest income naik 12,2 persen. Lebih tinggi naiknya. Memang rata-rata NIM turun,’’ kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja akhir pekan lalu.
Sementara itu, untuk meningkatkan fee based income, BCA terus mengedukasi nasabah lewat transaksi nontunai. Transaksi melalui internet banking mendominasi jumlah transaksi nontunai, disusul ATM dan mobile banking.
Hasilnya, pada dua tahun terakhir, frekuensi transaksi di kantor cabang berkurang. Dari 43,3 juta transaksi pada Maret 2015 menjadi 41,7 juta transaksi pada Maret 2017.
Di sisi lain, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Suprajarto menyatakan, pihaknya terus mengandalkan agen layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif (Laku Pandai). Pasalnya, pada kuartal I lalu, NIM BRI tercatat turun 1 basis point menjadi 8,08 persen.
Untuk mendongkrak laba dan menekan biaya operasional, BRI memperbanyak jumlah agen BRILink. ’’Ada 97.500 agen BRILink sekarang. Kalau satu agen bisa menyumbang fee based, ke depan agen tersebut juga bisa jadi referral untuk kredit kecil,’’ ujarnya.
Fee based income berkontribusi 9,2 persen terhadap total pendapatan BRI. (rin/c22/noe)