Makan Pizza, Bersenang-senang di Komidi Putar
Di tengah upaya Presiden Donald Trump membebaskan Amerika Serikat (AS) dari para pengungsi Syria lewat aturan imigrasi superketat, Luke Miller malah merangkul mereka. Dia menanggalkan cap mereka sebagai pengungsi dan menyematkan label baru meski hanya sehari. Yakni, turis.
”BERMAIN di taman sangatlah menyenangkan. Naik subway juga terasa luar biasa. Saya cinta Kota New York (New York City alias NYC),” ujar Mona Hafez. Kemarin (24/4) bocah perempuan itu menuturkan kembali pengalamannya menjadi turis NYC selama sehari pada akhir pekan lalu. Sampai sekarang pun, dia mengaku masih ingat betul detail perjalanan wisatanya tersebut.
Empat bulan menumpang di Negeri Paman Sam dengan status pengungsi, Hafez dan keluarganya tidak pernah meninggalkan tempat penampungan. Bersama ribuan pengungsi yang masuk AS sebelum Trump dilantik, Hafez diterima warga Kota Elizabeth, Union County, Negara Bagian New Jersey. Mereka lantas mem- baur dengan penduduk kota yang dekat dengan Bandara Internasional Newark Liberty itu.
Penduduk Elizabeth memang ramah kepada para pengungsi. Namun, sentimen anti pengungsi yang marak setelah Trump menjabat presiden membuat Hafez dan keluarganya khawatir. Mereka menjadi kian tertekan. Kebebasan dan kehidupan baru yang mereka impikan sejak memutuskan untuk hengkang dari Syria pun mendadak menjadi mustahil terwujud.
Untung, AS punya penduduk baik hati seperti Miller. Paham dengan kekhawatiran dan ketakutan yang dirasakan para pengungsi, dia menawarkan kesenangan. Meski hanya sehari, pria 48 tahun itu yakin pelesiran yang dia kemas bersama timnya mampu memberikan perubahan.
Total 150 pengungsi diajak berkeliling NYC pekan lalu. Selama sehari penuh, 150 orang itu dibuat lupa bahwa mereka adalah pengungsi. ”Itu hari yang paling mengesankan buat saya selama berada di Amerika. Menakjubkan. Menyenangkan,” ungkap Rawda, ibunda Hafez. Mata perempuan berjilbab tersebut masih berbinarbinar tiap kali mengingat petualang- annya di NYC sebagai turis itu.
Real New York Tours, biro perjalanan wisata milik Miller, mengajak para pengungsi itu ke tempattempat terkenal NYC. Di antaranya, Madison Square Garden, Times Square, dan Battery Park yang menjadi ”rumah” Lady Liberty. Total, pelesir ala Miller itu makan waktu lima hari karena dilaksanakan bergantian. Demi kenyamanan para pengungsi, Miller mengajak lima penerjemah bahasa Arab dalam sekali perjalanan.
Selain menikmati keindahan NYC dan mengunjungi tempattempat bersejarah kota berjuluk Big Apple tersebut, para pengungsi mendapatkan banyak pengetahuan tentang kota yang menjadi tempat tinggal Trump dan keluarganya itu. Saat berada di dalam mobil maupun subway, Miller menginformasikan hal-hal penting dan menarik tentang tempat yang mereka kunjungi.
Meski punya biro perjalanan sendiri dan tim yang tangguh, Miller tetap butuh dana untuk membiayai pelesiran gratis 150 pengungsi tersebut. Karena itu, dia memaparkan rencananya di Facebook dan bermaksud menggalang dana dari mereka yang peduli. Awalnya, dia terkejut karena respons yang diterima buruk. Namun, Miller tidak menyerah. Dia bertahan dengan cacian dan makian netizen. Lambat laun, orang-orang yang peduli bermunculan. Makin lama, jumlahnya makin banyak. (AFP/hep/c10/any)