Alihkan Dukungan ke Macron
Bikin Gerakan asal Jangan Le Pen
PARIS – Prediksi berbagai lembaga survei menjadi kenyataan. Kandidat presiden Prancis Emmanuel Macron dan Marine Le Pen masuk ke putaran kedua. Macron, kandidat presiden termuda, memperoleh 23,86 persen suara, sedangkan pemimpin Partai National Front (FN) Le Pen mendapat 21,43 persen suara. Mereka akan bertarung lagi untuk menjadi presiden ke-25 Prancis pada 7 Mei mendatang.
Kemenangan Macron dan Le Pen menjadi pukulan telak bagi kelompok centre-right dan centreleft yang selama 60 tahun mendominasi politik di Prancis.
Salah satu kelompok centre-left adalah partai Socialist dan Republican kelompok centre-right. ”Dalam waktu setahun kita telah mengubah wajah politik Prancis,” ujar Macron dalam pidato kemenangannya kemarin. Partai En Marche yang didirikan memang baru berusia setahun. ”Tantangannya mengubah seluruh sistem yang tidak mampu memberikan solusi untuk masalah di negara kita selama lebih dari 30 tahun,” tambahnya.
Macron lebih difavoritkan dibandingkan Le Pen. Beberapa kandidat yang kalah langsung menyerukan dukungannya untuk Macron. Dua di antaranya kandidat presiden dari partai Socialist, yaitu Benoit Hamon, dan Francois Fillon dari partai Republican.
Hamon yang hanya mendapatkan 6,35 persen suara meminta para pendukungnya untuk sebisanya menghalangi kemenangan Le Pen pada putaran kedua. Hal senada diungkapkan Fillon. ” Tidak ada pilihan lain selain memberikan suara untuk menentang kandidat ultranasionalis. Saya akan memilih Emmanuel Macron,” tegas Fillon sekitar 40 menit setelah pengumuman hasil pilpres putaran pertama. Dia hanya mendapat 19,9 persen suara.
Mantan Perdana Menteri (PM) dari partai Socialist Manuel Valls pun ikut mendukung Macron. ”Kita harus membantunya semaksimal mungkin untuk memastikan Le Pen mendapat dukungan serendah mungkin,” ujarnya pada radio France Inter. Hasil survei berbagai lembaga
polling juga menunjukkan bahwa yang bakal menang adalah Macron. Mantan menteri perekonomian tersebut bakal mengalahkan Le Pen dengan perolehan suara sekitar 20 persen lebih tinggi. Jika benar itu terjadi, Macron bakal menjadi presiden termuda di Prancis. Usianya baru 39 tahun. Politikus yang melabeli dirinya sendiri sebagai orang luar di dunia
perpolitikan itu menjanjikan banyak perubahan untuk Prancis.
Negara-negara Uni Eropa (UE) juga berharap Macron menang. Sebab, suami Brigitte itu pro terhadap UE. Menurut Macron, menjadi anggota UE adalah zona nyaman bagi perekonomian Prancis. Jika terpilih nanti, mantan banker itu malah mempererat hubungan dengan UE.
Kemenangan Le Pen pada putaran pertama ditanggapi dengan panas oleh Daniel Delomez, wali kota Annezin, commune (setara county) Pas-de-Calais. Dia menyebut hasil pemungutan suara di Pas-de-Calais adalah bencana.
”Mungkin saya akan mundur karena saya tidak ingin mengabdikan hidup saya pada seorang bajingan,” ucap wali kota yang menjabat sejak 2008 itu saat diwawancarai media lokal. (Reuters/AFP/RT/sha/c15/any)