Jawa Pos

RSUD Malang Krisis Tim Medis

83 Posisi Paramedis Lowong, Pasien Dirujuk ke RS Lain

-

MALANG – Setahun beroperasi, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Malang mulai dipercaya masyarakat. Ratusan pasien setiap hari berobat ke rumah sakit di Jalan Rajasa, Bumiayu, Kota Malang, itu. Sayang, jumlah pasien yang berobat tak diimbangi dengan jumlah tenaga dokter, perawat, serta bidan. Akibatnya, banyak pasien yang terpaksa ditolak karena kurangnya tenaga medis yang melayani.

Direktur RSUD Kota Malang dr Rohana mengakui masih kurangnya jumlah tenaga medis di rumah sakit yang diresmikan pada 2016 itu. Saat ini ada 83 posisi yang kosong. Mulai kebutuhan dokter umum, dokter spesialis, bidan, dan perawat.

Kekurangan terbanyak adalah tenaga perawat. Saat ini di rumah sakit tersebut hanya ada 30-an perawat. Padahal, kebutuhan normal mencapai 50 perawat. ’’Sekitar setahun ini kami belum mendapat tambahan pegawai. Padahal, kebutuhan masyarakat semakin meningkat,’’ ujar Rohana.

Setiap hari rumah sakit pelat merah itu harus menangani ratusan pasien. Jumlah pasien terus bertambah sejak rumah sakit tersebut resmi dibuka pada April 2016. ’’Dulu setiap hari paling banyak menangani 20 pasien. Sekarang sekitar seratus pasien baru. Jadi, kebutuhan perawat dan dokter cukup mendesak,’’ terangnya.

Rohana memerinci, kebutuhan pegawai tersebut adalah dua dokter spesialis, yakni spesialis bedah dan spesialis patologi klinik. Selain itu, dibutuhkan 27 perawat, 9 bidan terampil, dan 10 pekarya kesehatan (tenaga pendukung pelayanan kesehatan).

Dibutuhkan pula pegawai pendukung lain seperti petugas laboratori­um, staf gizi, teknisi alat-alat kesehatan, asisten apoteker, petugas kebersihan, hingga tenaga rekam medis. ’’Karena pasien banyak, kami membutuhka­n 6 tenaga rekam medis. Ini penting karena berkaitan dengan kelancaran klaim Badan Penyelengg­ara Jaminan Sosial (BPJS) juga,’’ papar perempuan kelahiran 18 November 1960 tersebut.

Yang cukup memprihati­nkan, imbuh Rohana, selama setahun ini belum ada dokter spesialis di dua bidang. Yakni, spesialis bedah dan dokter spesialis patologi klinik (khusus pemeriksaa­n laboratori­um).

RSUD Kota Malang tidak memiliki dokter spesialis karena dokter spesialis yang ada sebelumnya mengundurk­an diri. Sejak kosongnya dua posisi itu, Rohana telah mengajukan kebutuhan dokter spesialis kepada Badan Kepegawaia­n Daerah (BKD) Kota Malang. ’’Kami juga membuka rekrutmen untuk tenaga kontrak selama tujuh bulan ke depan,’’ tuturnya.

Sejauh ini, lanjut dia, total ada 12 dokter. Di antaranya, dokter penyakit dalam (1 orang), dokter kebidanan dan kandungan (2), dokter anak (2), dokter spesialis anestesi (1), dokter kulit (1), dokter radiologi (1), dan dokter gigi (2).

Rohana menyatakan, kalau ada pasien yang membutuhka­n dua dokter spesialis itu, terutama dokter bedah, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit lain seperti RST Soepraoen, RSSA Kota Malang, RSI Unisma, dan RS Panti Nirmala.

Rohana menyatakan, usul penambahan dokter tersebut juga telah disampaika­n kepada Kementeria­n Kesehatan. ’’Belum tahu berapa jumlah dokter yang akan diberikan ke RSUD nanti. Semoga dalam waktu cepat mereka sudah bisa bertugas,’’ ungkapnya.

Sangat sulit mendapatka­n tenaga dokter. ’’Cari satu orang saja sudah susah sekali. Kami sangat bersyukur jika diberi lebih dari satu orang,’’ ujarnya. (lil/abm/c5/end)

Dulu setiap hari paling banyak menangani 20 pasien. Sekarang sekitar seratus pasien baru. Jadi, kebutuhan perawat dan dokter cukup mendesak.” dr Rohana Direktur RSUD Kota Malang

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia