Petani Ingin Kelola Lahan Tidur BPWS
SURABAYA – Beberapa wilayah di Surabaya masih memiliki lahan pertanian. Wilayah-wilayah tersebut mampu menjadi lumbung bagi ketahanan pangan kota. Bahkan, kualitas hasil pertanian Surabaya mampu mengungguli daerah lain.
Di Kedung Cowek, para petani kini memasuki musim tanam. Namun, para petani resah karena tikus pengganggu sawah mulai muncul. Mereka menganggap lahan sawah nganggur yang kini di bawah BPWS (Badan Pengembangan Wilayah Suramadu) menjadi sumber hama tersebut.
Sebelumnya, lahan itu dikelola petani Kedung Cowek. Namun, pemilik menjual lahannya kepada BPWS. Sejak beralih ke BPWS, lahan tersebut tidak boleh digarap petani. ’’Nanti kalau digarap dikira penyerobotan lahan,” ujar Sudarsono, ketua kelompok tani.
Keinginan warga untuk kembali menggarap lahan tersebut sangat tinggi. Jika lahan itu tidak digunakan, bisa timbul masalah baru. ’’Kalau waktu awal tanam gini, tikusnya keluar. Nanti kalau udah mulai bunting padinya, hewan-hewan kecil seperti kaper muncul,” terangnya.
Warga tidak berkeberatan jika diharuskan menyewa lahan tersebut. Lahan seluas kurang lebih 4 hektare itu bisa mendongkrak produktivitas petani Kedung Cowek. ’’Kalau harus sewa atau bagi hasil, tidak masalah. Yang penting, jangan sampai lahan itu tidur,” terang Sudarsono.
Sejak lahan tersebut tidak digarap, para petani kehilangan sebagian pekerjaannya. Misalnya, Sudarsono yang memiliki 12 lajur sawah. Kini dia hanya menggarap 10 lajur. Sebab, dua lajur lainnya diserahkan ke rekannya yang kehilangan lahan garapan. (gal/c7/oni)