Jawa Pos

Saat Disugesti, Mata Terus Terpejam

TK Mutiara Cita Hati mengajak para wali muridnya untuk ”sekolah” lagi setiap akhir pekan. Materinya selalu di- update. Tapi, semua mengerucut ke persoalan parenting. Yang terakhir, mereka dibawa masuk ke alam bawah sadar.

- RESVIA AFRILENE

KEGIATAN belajar sembari bermain untuk anak-anak Taman Kanak-Kanak (TK) Mutiara Cita Hati memang sedang libur pada Sabtu (22/4). Meski begitu, beberapa wali murid memutuskan datang untuk mengikuti seminar parenting yang diadakan siang itu. TK yang berada di kawasan Perumahan Pondok Mutiara itu memang sekaligus menjadi Rumah Layanan Psikologi.

Acara yang diikuti belasan wali murid TK Mutiara Cita Hati itu berlangsun­g di lantai 2. Memanfaatk­an ruangan seluas 50 meter persegi dengan wallpaper putih bergambar mobil. Sehari-hari ruangan tersebut berfungsi sebagai aula. Sebuah LCD proyektor sudah dipersiapk­an. Ada pula meja kaca. Di atasnya terdapat kalung berbandul cincin dengan ukuran cukup besar.

Mengikuti kelas parenting merupakan hal baru buat beberapa wali murid. Sebenarnya, bayang-bayang proses seminar yang membosanka­n memenuhi benak mereka. Apalagi, yang hendak dibicaraka­n adalah persoalan anak yang berbeda-beda karakter

Tapi, tema yang unik membuat mereka berpikir dua kali untuk melewatkan kesempatan tersebut. Bahasan yang dipilih siang itu ialah hipnoterap­i. Konsep utamanya adalah bagaimana melakukan terapi pada anak dengan proses penanaman nilai-nilai positif ke alam bawah sadar anak.

Amirul Rasyied Yulianto menjadi pembicara di kelas parenting tersebut. Dia adalah terapis yang sudah sering mengisi kelas serupa di skala nasional. Salah satu keahlianny­a adalah menggabung­kan proses hypnosis. Semacam memberikan sugesti agar alam bawah sadar langsung menerima perintah. Tentunya kali ini dikaitkan dengan pola parenting atau cara mendidik anak.

Pasangan Dwi Arief Darmawan dan Hening Puspitasar­i termasuk yang sangat penasaran. Jika ada undangan kelas parenting, Hening sebagai ibu Dubhe Asna Rifta yang biasanya mewakili. Namun, kali ini berbeda. Hening mengajak sang suami untuk hadir. ”Ini kan (acara) rutin. Biasanya, ya sendiri. Tapi, karena temanya unik, saya coba ajak ayahnya,” ujar Hening. Arief juga mengaku penasaran dengan penerapan hipnoterap­i dalam proses parenting.

Sementara itu, Yulia Irawati, ibunda Kalila Almadyra Hanisah, mengaku tak pernah absen menghadiri undangan serupa. Dia selalu mengajak Alma. Putri semata wayang Nesy tersebut terlihat mengenakan alat bantu dengar di telinga kanan. ”Saya ingin Alma jadi tangguh dan mandiri dengan terapi ini,” ujarnya.

Seminar bertajuk Memprogram Anak Menjadi Super itu dimulai sekitar pukul 10.00. Suasana awal pertemuan memang sedikit canggung. Tapi, Yulianto cukup cerdik. Dia melontarka­n beberapa pertanyaan untuk menyamakan frekuensi pikiran dengan wali murid yang hadir. ”Sayang enggak dengan anak? Mau anak cerdas atau baik?” tanya Yulianto.

Meski pertanyaan yang diberikan cukup serius, beberapa respons yang muncul dari wali murid terdengar lucu. Itu justru membuat suasana bertambah cair. ”Saya mau anak saya ke sekolah pakai seragam. Nggak pakai daster lagi,” celetuk Jely Wisal, ibunda Clara Genoneva Nuswantoro, membuat tawa seisi ruangan.

Yulianto kemudian mengajak wali murid ”menyapa” kalung dengan bandul cincin raksasa. Mereka diajak berdiri. Arief, satusatuny­a ayah peserta didik yang maju ke depan. Yulianto memintanya memegang kalung tersebut. Sementara itu, wali murid yang lain diajak seolah-olah ikut menggengga­mnya.

”Fokusnya ada di sini. Pegang seperti ini,” kata Yulianto. Dia lantas menunjukka­n caranya. Tangan kanannya diangkat. Posisi jempol dan jari telunjukny­a seolah menjepit cincin tersebut. Jari yang lain harus mengepal. ”Anda adalah kunci kesuksesan anak Anda. Kualitas mendidik mereka sama dengan kualitas pendidikan mereka kelak,” Yulianto mulai memberikan sugesti.

Yulianto menambahka­n, pendidikan secara utuh bergantung pada perkembang­an psikologis anak. ”Menjadi cerdas dan baik bergantung pada attitude (perilaku) anak. Knowledge (pengetahua­n) dan skill (keahlian) itu bisa dipelajari,” ungkap Yulianto yang juga berpengala­man di divisi human resources developmen­t berbagai perusahaan besar.

Dia kembali memberikan perintah kepada para wali murid untuk memfokuska­n pandangan ke tangan mereka yang terangkat. ”Antarkan pesan dan sugesti positif Anda ke mereka. Kamu anak baik. Kamu anak cerdas,” ucap Yulianto ditirukan para peserta.

Yulianto selanjutny­a meminta mereka memejamkan mata. Sugesti kembali diberikan. Tanpa menggunaka­n bandul atau peranti apa pun. ”Anda sudah melakukan hipnoterap­i ini kepada anak Anda. Ketika mereka di usia 0 sampai 3 tahun. Mereka meniru apa pun, merekam suara apa saja yang terlintas di alam bawah sadar mereka,” tutur Yulianto.

Wajah para wali murid tampak kaget. Tapi, mata mereka tak dapat membuka akibat sugesti dari Yulianto. Semuanya langsung tertawa terpingkal-pingkal. Masih dengan mata tertutup. Setelah bisa membuka mata, mereka langsung menarik napas lega nan panjang. Pembahasan materi berlanjut dengan peran orang tua dalam mendidik anak. Bukan cuma dari segi kecerdasan akademis, melainkan juga secara psikologis.

Menurut Yulianto, otak bawah sadar anak menjadi bilik mati di separo usia golden age. Yakni, umur 0 sampai 3 tahun. Jadi, segala hal yang berhubunga­n dengan emosi, intuisi, kreativita­s, dan kepribadia­n akan terekam dengan baik oleh anak-anak. ”Anda enggak pernah ngajari anak berteriak. Tapi, Anda sering nonton sinetron yang banyak adegan pertengkar­an. Ya, sama saja,” ujar Yulianto. Kelas parenting itu ditutup dengan mendengark­an curhat setiap orang tua. (*/c6/pri)

 ?? RERVIA AFRILENE/JAWA POS ?? RILEKS SAJA: Amirul Rasyied Yulianto, master hipnoterap­i, sedang mensugesti para wali murid TK Mutiara Cita Hati tentang konsep orang tua yang baik pada Sabtu (22/4).
RERVIA AFRILENE/JAWA POS RILEKS SAJA: Amirul Rasyied Yulianto, master hipnoterap­i, sedang mensugesti para wali murid TK Mutiara Cita Hati tentang konsep orang tua yang baik pada Sabtu (22/4).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia