Semakin Dideteksi, Kian Banyak Ditemui
Pasien Kanker Payudara di KabupatenKab Gresik
GRESIKGRES – Dinas Kesehatan ( Dinkes Dinkes) Gresik semakin menggencar gencarkan sosialisasi dan deteksi dini kanker payudara. Jumlah penderita yang ditemukan semakin banyak.
Dinkes mencatat, pada 2015, ada 98 orang yang diperiksa. Mereka adalah orang-orang yang dicurigai menderita kanker. Ada tumor atau benjolan di payudaranya. Namun, di antara 98 orang, hanya 6 yang positif. Pada 2016, jumlahnya naik berlipat ( lihat grafis).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengawasan Penyakit Dinkes dr Mukhibatul Khusnah menyatakan, setiap orang punya risiko terkena penyakit kanker itu. Ada beberapa hal yang meningkatkan risiko kanker payudara. Salah satunya perempuan yang tidak menikah. ”Risiko terjadinya kanker lebih tinggi pada perempuan yang tidak menyusui,” ujarnya kemarin (24/4).
Selain itu, kata mantan kepala Puskesmas Sukomulyo tersebut, faktor genetik juga menjadi salah satu penyebab munculnya kanker. Anak seorang penderita kanker payudara memiliki risiko mengidap penyakit yang sama.
Karena itu, Khusnah menegaskan pentingnya melakukan deteksi dini. Dinkes sudah menyosialisasikan cara pemeriksaan payudara sendiri (Sadari). Setiap bulan perempuan disarankan melakukan Sadari. ”Terutama setelah menstruasi,” tuturnya.
Khusnah menjelaskan, kanker payudara merupakan jenis penya kit tidak menular ( PTM). Untuk menangani PTM, setiap puskesmas sudah menjalankan pos pembi naan terpadu ( posbindu) PTM secara berkala. Tujuannya mene mukan sebanyak- banyaknya pend erita PTM. Mulai kanker, diabetes, hingga penyakit jantung.
Menurut Khusnah, pemeriksaan bisa dilakukan sendiri secara sederhana. Caranya, amati payu- dara di depan cermin. Kedua tangan diangkat. Cara tersebut bisa dilakukan dengan meraba payudara sambil tiduran. Tujuannya mengetahui adanya benjolan di payudara atau tidak.
Kepala Dinkes Gresik dr Nurul Dholam menambahkan, jika ditemukan benjolan, harus segera diperiksakan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk memastikan adanya tanda-tanda tumor atau tidak. ”Kalau ada, harus segera dioperasi dan kemoterapi rutin,” katanya.
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya itu menyatakan, faktor genetik cukup berpengaruh. Persentasenya mencapai 30 persen. ”Sisanya karena gaya hidup yang tidak sehat,” ujarnya.
Nurul menyebut, ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya kanker payudara. Salah satunya adalah olahraga teratur dan melakukan diet gizi seimbang. ”Itu semua termasuk upaya preventif,” jelasnya. ( adi/c6/roz)