Jawa Pos

Kompetensi Guru Masih Rendah

Pendidikan Karakter Juga Belum Ideal

-

JAKARTA – Indonesia hari ini (2/5) memperinga­ti Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Meski semakin dewasa sebagai suatu bangsa, dunia pendidikan Indonesia terus diakrabi masalah. Di antaranya adalah urusan kompetensi guru.

Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim menyatakan, masalah kompetensi guru merupakan urusan yang utama

”Sebagus apa pun kurikulum yang diterapkan, kuncinya ada di guru,” ujarnya di Jakarta kemarin (1/5). Menurut dia, kurikulum yang ideal sekalipun bakal percuma jika dijalankan guru yang tidak kompeten.

Ramli mengapresi­asi upaya pemerintah yang terus meningkatk­an kompetensi guru. Namun, upaya peningkata­n kompetensi guru oleh pemerintah dinilai belum maksimal. Sebab, peningkata­n kompetensi guru masuk kategori program berbiaya besar. Dia berharap organisasi profesi guru ikut aktif membantu pemerintah meningkatk­an kompetensi guru. Khususnya untuk anggota masing-masing.

Upaya pemerintah menggenjot kompetensi guru, jelas Ramli, juga dilakukan melalui program pen- didikan profesi guru (PPG). Caranya ialah meningkatk­an standar nilai kelulusan menjadi 80 poin. Dia menuturkan, jika tidak dipersiapk­an dengan baik, calon guru peserta PPG bisa kesulitan mengejar poin minimal tersebut.

Sementara itu, Dewan Pengawas Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Doni Koesoema mengatakan, pengelolaa­n pendidikan nasional harus memiliki poros. ”Poros yang tepat adalah pen- didikan karakter,” ucapnya. Dia berharap pemerintah konsisten dalam menjalanka­n kebijakank­ebijakan sektor pendidikan supaya mendukung program penanaman pendidikan karakter.

Doni menjelaska­n, falsafah pendidikan ala Ki Hajar Dewantara yang terdiri atas empat dimensi harus diterapkan. Yakni terkait dengan olah rasa, olah pikir, olah hati, dan olahraga yang harus dikembalik­an ke dalam sekolah. (wan/c9/ang)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia