Ngecat sambil Ajarkan Hidup Sehat
PROBOLINGGO – Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka Jawa Timur 2017 zona Probolinggo dibuka kemarin malam (1/5). Tanda bahwa seribu anggota gerakan Pramuka harus mulai bekerja keras untuk ambil bagian dalam perbaikan kualitas hidup warga Desa Kali Buntu, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo.
Festival itu diawali sirene panjang yang dibunyikan Wakil Bupati Probolinggo Ahmad Timbul Prihanjoko. Sekaligus pelepasan lampion oleh para peserta dan pesta kembang api di atas langit Desa Kali Buntu, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo.
Timbul berharap kehadiran Pramuka bisa berdampak banyak dalam peningkatan potensi kawasan tersebut sebagai tempat wisata dan jauh dari kondisi kumuh. ’’Jadi, selamat mengabdi dan menikmati Desa Kali Buntu,’’ ujar Timbul yang juga ketua Kwarcab Kabupaten Probolinggo itu.
Kemarin warna-warni hasil bakti pengecatan sesi 1 sudah tampak. Lewat gotong royong bersama warga, pengecatan atap dan dinding rumah hampir tuntas. Bahkan, tidak sedikit yang sudah membuat hiasan berupa gambar dan tulisan di dinding rumah.
Cuaca yang terik khas pesisir, tampaknya, tidak dipedulikan peserta. Semua berbaur dengan warga untuk bersama-sama mengubah wajah kampung di pinggir laut itu. Tidak heran, jalan utama kampung yang hanya selebar 2 meter dipenuhi lalu lalang orang. Mulai peserta yang tengah mengecat bagian depan rumah hingga anak-anak kecil yang menjadikan kegiatan tersebut sebagai tontonan. Semua tumplek
meramaikan kampung yang sangat asing dengan kehadiran Pramuka itu.
Samin, misalnya. Seorang nelayan cumi tersebut bahkan memutuskan libur melaut selama empat hari ini. Demi menutup kebutuhan sehari-hari, Suniyeh, istrinya, ganti berjualan es di depan rumah. ’’ Nggak enak kalau tuan rumahnya nggak ada,’’ katanya. Samin juga mengatakan sangat bangga karena rumahnya ikut dicat para Pramuka.
Antusiasme juga ditunjukkan para peserta. Tidak hanya bersemangat mengecat rumah, mereka juga berinteraksi dengan keluarga yang ditinggali. Tentu sambil menyisipkan materi tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Salah satunya, Qurrotul Aini, dari SMA N 1 Kraksaan. Aini menyampaikan indikator-indikator penting dalam PHBS. Misalnya, pemberian ASI eksklusif, ketersediaan air bersih, jamban sehat, olahraga rutin, hingga asupan buah dan sayur yang cukup. Dengan kultur masyarakat setempat, budaya makan sayur tampaknya masih belum banyak diterapkan warga.
Memang, komoditas utama dari Desa Kali Buntu adalah hasil laut. Tidak heran, warga lebih akrab dengan makanan laut ketimbang sayur-mayur. Hal itu dituturkan Nuraini. Ibu tiga anak tersebut mengatakan bahwa tidak ada satu pun anaknya yang doyan makan sayur. Rupanya, kehadiran Pramuka di rumahnya membuat Nuraini mulai paham tentang pentingnya makan sayur.
Salah satu yang menjadi perhatian peserta adalah kebiasaan membuang sampah. Meski sudah tersedia TPS, warga masih suka membuang sampah di laut ataupun tambak. Karena itu, Fikri Abdillah dari SMA N 2 Kota Probolinggo menyosialisasikan penanganan sampah yang tepat pada keluarga yang ditinggali. Menurut dia, penanganan sampah bisa melalui pemilahan lebih dulu, kemudian dibuang ke TPS. ’’Kalau dibuang ke laut, ikannya bisa keracunan sampah,’’ ujar Pramuka penegak dari Dewan Ambalan Arjuna Larasati tersebut. (kik/c15/dos)