Jawa Pos

Demi Asa Membela Green Force

Bagi para alumnus ISL, Divisi Utama, atau Liga Nusantara, kompetitif­nya Kompetisi Kapal Api Persebaya sangat membantu mereka menjaga kondisi dan kemampuan. Mereka juga berperan penting sebagai mentor bagi para junior.

-

TAWARAN dari sejumlah klub yang berkiprah di berbagai strata kompetisi nasional sebenarnya mengalir ke Febry Agus Widodo. Tetapi, semua dia tolak.

Selain karena tanggungan skripsi, Febry punya alasan mengapa memilih tetap bermain di Kompetisi Kapal Api Persebaya (KKAP) bersama Al Rayyan: bisa menembus skuad Persebaya.

’’Ibaratnya sambil menyelam minum air, skripsi selesai, antar Al Rayyan juara, dan mudah-mudahan bisa menembus skuad Persebaya musim depan,’’ kata mahasiswa Jurusan Manajemen Universita­s Narotama, Surabaya, itu.

Padahal, selain kemampuann­ya sebagai gelandang memadai, Febry sudah punya pengalaman berkiprah di Liga Nusantara (kini Liga 3) tahun lalu. Yakni, saat pemain 23 tahun itu membela PSPK Pasuruan.

Dia kembali ke Al Rayyan karena ingin semakin mematangka­n kemampuan. Sebab, kendati berlevel kompetisi amatir, atmosfer persaingan di KKAP yang ketat dirasanya bakal sangat bermanfaat.

Apalagi, sembari bermain, dia juga punya waktu untuk menyelesai­kan skripsi. ’’Pengin (kuliah) cepat selesai. Kalau sudah, berkarir di sepak bola akan menjadi mudah,’’ katanya.

Febry bukan satu-satunya pemain yang memilih kembali ke KKAP setelah berkiprah di Liga 3, Liga 2 (dulu Divisi Utama), bahkan Liga 1 (dulu Indonesia Super League). Motivasiny­a beragam.

Ijal Husni Muthalib termasuk yang memiliki alasan senada dengan Febry mengapa kembali ke KKAP bersama Fata- hillah 354. Yakni, ingin memperkuat Green Force, julukan Persebaya.

Pemain kelahiran Manokwari, Papua Barat, 23 tahun silam itu bahkan berkeingin­an bisa mengikuti seleksi Persebaya pada musim ini. Tetapi, mantan penyerang Perseman Manokwari dan PSBK Blitar itu ketinggala­n info seleksi.

Agar bisa tetap menjaga kondisi dan kemampuan, dia butuh rutin berlatih dan bertanding. Karena itu, bergabung dengan Fatahillah yang bertarung di KKAP menjadi pilihan terbaik.

’’Dulu saya pernah masuk SSB Fatahillah di Mataram. Makanya, saya hubungi teman di sini,’’ tutur pemain yang pernah masuk skuad Papua Barat di PON 2012 itu.

Apalagi, dengan bermain di KKAP, sangat terbuka kesempatan dia untuk unjuk kemampuan sehingga kelak bisa terpantau Persebaya. Kompetitif­nya KKAP juga sangat membantu dia mengasah kemampuan dan fisik.

’’Saya bisa jaga fisik dan stamina di sini. Apalagi, kompetisi ini panjang seperti Divisi Utama (Liga 2) dan ISL (Liga 1),’’ tambah striker yang selama ini sudah mengemas tiga gol itu.

KKAP memang membatasi usia pemain U-23. Tetapi, ada kuota lima pemain di atas U-23 untuk setiap tim dengan hanya tiga yang boleh dimainkan.

Bagi para pelatih, bergabungn­ya para pemain alumni Liga 1, 2, atau 3 itu juga sangat membantu. Mereka bisa sekaligus bertindak sebagai mentor. Pengalaman mereka berharga bagi para junior.

Tugas sebagai mentor itu pula yang dijalankan Wahyu Setiyanto di Pelabuhan III. Maklum, gelandang bertahan berusia 28 tahun itu kenyang pengalaman, bahkan di kompetisi divisi teratas tanah air.

Di level Divisi Utama saja, Wahyu tercatat pernah merumput di PSIR Rembang (2009), Mojokerto Putra (2009–2011), Persikabo Bogor (2013), Persik Kediri (2014), dan PSCS Cilacap (2015).

Sedangkan atmosfer ISL pernah dia cicip bersama Deltras Sidoarjo (2011–2012). Wahyu juga masuk skuad PON 2008 Jawa Timur yang sukses merebut emas.

Tetapi, dihentikan­nya kompetisi di tanah air pada 2015 membuat dia harus banting setir. Wahyu memilih bekerja kantoran hingga akhirnya hinggap di Pelabuhan III.

Saat kompetisi bergulir lagi pada musim ini, tawaran bermain di Liga 2 kepada Wahyu sebenarnya juga berdatanga­n. Tetapi, dia memilih membela klub tempat perusahaan dia bekerja yang berkiprah di KKAP.

’’Klub ini (Pelabuhan III) kan milik perusahaan. Jadi, saya tidak perlu repotrepot mengatur waktu untuk sepak bola dan pekerjaan,’’ ungkapnya.

Dengan pengalaman­nya yang segudang, otomatis peran dia sangat krusial di Pelabuhan III. Oleh pelatih Sunar Sulaiman, dia dipercaya sebagai kapten.

’’Kami beruntung memiliki Wahyu. Sebenarnya dia masih layak bermain di liga profesiona­l. Dia bisa menjadi pemimpin sekaligus panutan bagi rekan-rekan juniornya,’’ kata Sunar.

Wahyu pun mengemban amanat itu dengan penuh tanggung jawab. ’’Saya ingin berbagi pengalaman dengan para pemain muda di sini. Saya terus memotivasi agar karir sepak bola mereka bisa mencapai seperti saya atau bahkan lebih,’’ imbuhnya. (dit/c4/ttg)

 ?? CANDRA SATWIKA/JAWA POS ??
CANDRA SATWIKA/JAWA POS
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia