Yang Tak Berangkat Membantu Yang Berangkat
MODAL tret-tet- tet memang bisa didapat melalui banyak cara. Seperti melego barang kesayangan. Hal lain yang familier di ka langan Bo nek adalah rasa persaudaraan. Rasa itu menjadikan seorang Bonek dengan Bonek yang lain tidak pernah segan membantu biaya tret-tet-tet.
Sering mereka yang berhalangan trettet-tet dan memiliki cukup modal membantu Bonek yang berniat berangkat tapi tak cukup uang. ’’Biasanya modal itu ’’dihibahkan’’ alias ngutangi yang berangkat. Bayarnya dicicil,’’ ungkap Prayitno –akrab disapa Grandong–, salah seorang pentolan Bonek.
Tradisi pinjam-meminjam seperti itu sangat lumrah. Yang dipinjami pun selalu menepati janji untuk melunasi. ’’Ada kesadaran diri untuk membantu teman. Begitulah Bonek, seduluran,’’ kata Prayitno.
Kalau memang tidak bisa memberikan utangan, cara lain adalah membeli barang yang dijual rekan sesama Bonek yang membutuhkan modal tret-tet- tet. Dengan begitu, mereka turut merasakan ikut berjuang mendukung Persebaya sekalipun tidak bisa ikut tret-tet-tet.
Pilihan lain dalam membantu ialah menerima barang yang digadaikan teman yang berniat mendukung Persebaya dalam laga tandang. Soal pembayarannya pun dibuat simpel. Mereka yang ’’ menitipkan’’ barangnya ke rekan Bonek yang lain membayar dengan cara mencicil.
’’ Kepercayaan sebagai saudara sesama Bonek menjadi hal utama. Jadi, di antara kami berusaha saling membantu,’’ ujar Koordinator Lapangan Bonek Student Class Felix Ramadhan. (rid/c4/fim)
BONEK tidak pernah rela membiarkan Persebaya Surabaya bertanding sendirian. Mereka selalu mendampingi kesebelasan kesayangannya tersebut berlaga. Di mana pun. Bukan hanya di Surabaya. Itu mereka lakoni sejak belasan tahun silam.
Untuk hal itu, Bonek tidak pernah segan melakoni perjalanan beratus-ratus kilometer. Bahkan ribuan kilometer. Nyali suporter dengan warna kebesaran hijauhijau tersebut juga tidak surut sekalipun harus menyeberangi lautan.
Langkah mereka juga tidak pernah surut kendati harus merogoh kocek dalam-dalam. Atau bahkan saat tidak memiliki modal seka- lipun untuk berangkat at mendukung Persebaya.ya Bonek rela melakukan apa saja demi bisa mendampingi atau membela Persebaya.
Salah satu yang lazim mereka lakukan ialah melego barang kesayangannya agar mendapat modal untuk mendukung Persebaya. Seperti yang tergambar selama sepekan lalu. Banyak Bonek yang rela menjual barangbarang kesayangannya agar bisa mendampingi Persebaya berjuang di kandang Martapura FC.
Salah seorang di antara mereka yang nekat melepas barang kesayangannya itu Yudha Adhipratama. Dia rela menjual sepatu Adidas tipe Samba Classic kesayangannya untuk modal nonton Persebaya di Stadion Demang Lehmann, kandang Martapura. Sepatu yang dijual Yudha itu bisa dikatakan saat ini cukup sulit didapat.
Yudha melego sepatunya itu Rp 1,6 juta. ’’Saya punyanya sepatu ini untuk modal, jadinya saya menjualnya. Ini beberapa kali saya lakukan,’’ kata Yudha. Hasil penjualan sepatunya itu dibelikan tiket pesawat. ’’Alhamdulillah, bisa membeli tiket pergi-pulang. Ini semua demi Persebaya,’’ ujar Bonek asal Pasuruan itu.
Kisah seperti yang dilakoni Yudha itu tidak terjadi kali ini. Cerita seperti itu juga sudah berlangsung bertahun-tahun. Bahkan, ada yang melakukan langkah lebih ekstrem. Misalnya, ”melego” sepeda motornya ke pegadaian. Seperti yang dilakukan Juri Rendi Alifal saat melakoni tret-tet-tet ke Jakarta pada Agustus tahun lalu.
’’Saya gadaikan motor saya Rp 500 ribu agar bisa ikut aksi membela Persebaya ke Jakarta,’’ ungkap arek Suroboyo asli tersebut. Langkah yang dilakukan p pria yang yg akrab disapa Ipal itu tanpa s sepengetahuan orang tuannya. ’’Saya lebih b baik tidak tenang di JakartaJak daripada mati penasaran di Surabaya karena h hanya bisa menden dengar perjuangan tem teman- teman di Jakarta lewat media,’’ ucap putra sulung pasangan Mutri dan Supomo tersebut.
Tetapi, tidak semua Bonek nekat melego barang kesayangannya untuk mendapat modal tret-tet-tet. Ada pula yang memilih menabung. Caranya, menyisihkan sebagian uang saku sehari-hari. Itu yang dilakukan Febri Zakaria. Dia memilih menabung selama dua pekan agar punya modal untuk pergi ke Martapura mendampingi Green Force –julukan Persebaya.
Karena harus menabung, pria yang akrab disapa Pangat itu pun sementara waktu berhenti cangkrukan di warung kopi. ’’Pengorbanan lah.... yang penting bisa berangkat mendukung Persebaya,’’ katanya.
Pangat memilih transportasi kapal laut untuk tret-tet-tet lantaran tabungannya tidak terlalu banyak. Karena pilihannya itu, dia pun harus menikmati perjalanan panjang menyeberangi lautan yang sebelumnya tidak pernah dilakoni. ’’Walaupun harus bersusah dan berlelah-lelah, sing penting mbonek,’’ tegasnya.
Demi Persebaya, loyalitas Bonek memang tanpa batas. ( rid/c4/fim)