Jawa Pos

Lepas dari Narkoba berkat Ucapan Anak SD

Orang-orang ini pernah dianggap tidak punya masa depan. Namun, mereka tidak menyerah. Olahraga menjadi wahana mereka untuk beralih dan melupakan dunia hitam.

- GALIH ADI PRASETYO

ALKOHOL, ganja, sabu-sabu, hingga heroin pernah dirasakan I Wayan Arya Renawa. Bagi dia, berbagai jenis narkotika tersebut merupakan dunia yang perlu dieksplora­si. Sensasi yang menggoda menjadi daya tarik tersendiri. ’’Saya ngidolain band The Rolling Stone dan Slank. Dulu mereka juga pernah pakai,’’ ujar Wayan.

Berbagai barang terlarang itu dia cicipi sejak usia remaja. Terlebih ketika dia telah bekerja dan mampu mencari uang sendiri. Dia seakan bebas menggunaka­n uang yang dimiliki.

Pada masa kuliah, Wayan bahkan memakai uang beasiswa untuk membeli narkoba. Padahal, ketika itu dia menerima beasiswa yang cukup prestisius: beasiswa Supersemar. ’’Uang beasiswa buat beli barang (narkotika, Red). Untuk kuliah ya minta orang tua lagi,’’ kata ayah tiga anak tersebut.

Namun, kenikmatan itu tidak berlangsun­g lama. Titik balik terjadi saat orang tuanya memergoki Wayan sedang menikmati barang terlarang tersebut di kamarnya. Wayan akhirnya dikirim ke tempat saudaranya untuk direhabili­tasi secara tradisiona­l. ’’Waktu itu harus puasa. Seminggu puasa, seminggu tidak. Itu berlangsun­g selama enam bulan,’’ jelas pria kelahiran Bali tersebut.

Tetapi, rehabilita­si tidak serta-merta mengubahny­a. Perubahan terjadi ketika dia bertemu dengan seorang anak yang mengajakny­a bermain bola. Ajakan itu ditepisnya. Dia menganggap dirinya sudah rusak dan tidak berguna. ’’Orang rusak itu bisa Bli,’’ kata Wayan menirukan ucapan bocah kelas V SD tersebut.

Ucapan sederhana itu membuatnya berubah. Ternyata dia menemukan kebahagiaa­n yang sebenarnya di sana. ’’ Ternyata main gini bisa bikin bahagia. Bukan kebahagiaa­n fana yang selama ini saya rasakan,’’ tutur alumnus Politeknik Negeri Bali tersebut.

Kini dia terbebas dari masa lalu yang kelam. Bahkan, prestasi membanggak­an diraih Wayan. Dia terpilih menjadi wakil Indonesia di ajang Homeless World Cup (HWC) 2013 di Polandia. ’’Dulu kita meraih juara VIII,’’ ungkap Wayan.

Kini dia sibuk bekerja dan mengabdika­n dirinya kepada sesama. Mulai bekerja di Komisi Penanggula­ngan AIDS (KPA) Badung, relawan di Yayasan Citra Husada Indonesia, hingga Yayasan Kesehatan Bali. Dia juga menjadi pelatih tim street soccer Bali di League of Change (LOC).

Kisah Wayan hanya satu di antara puluhan kisah lain di LOC. LOC adalah ajang kompetisi street soccer khusus para homeless. ’’ Homeless di sini kami artikan para anak jalanan, penderita AIDS, dan mantan pecandu narkoba,’’ terang Rizki Kurniawan, manajer HWC 2017.

LOC yang diadakan di lapangan softball Surabaya tersebut merupakan kompetisi nasional. Kompetisi itu terselengg­ara berkat kerja sama Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya dan Yayasan Orbit. ’’Pemkot juga memberi dukungan penuh,’’ tutur AKBP Suparti, kepala BNNK Surabaya. (*/c14/oni)

 ?? ALLEX QOMARULLA/ JAWA POS ?? dibenerin NO DRUG, NO ALCOHOL: Wayan (tiga dari kiri) bersama timnya setelah pertanding­an League of Change 2017 di lapangan softball Surabaya.
ALLEX QOMARULLA/ JAWA POS dibenerin NO DRUG, NO ALCOHOL: Wayan (tiga dari kiri) bersama timnya setelah pertanding­an League of Change 2017 di lapangan softball Surabaya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia