Seharusnya Anak Hebat Mudah Sekolah
Hari ini (2/5) bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Bagaimana makna Hardiknas bagi Kota Delta? Bagaimana semarak perayaannya di sejumlah sekolah?
TEMA Hardiknas tahun ini adalah Percepat Pendidikan yang Merata dan
Berkualitas. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus atau inklusi. Karena itu, UPT (Unit Pelaksana Teknis) SDN Sidokerto mengadakan acara khusus bersama anak-anak hebat, sebutan siswa inklusi. ’’Bagi anak inklusi sekolah membuatkan agenda sendiri,’’ ujar Sri Sugiarti, koordinator guru pendamping khusus (GPK) UPT SDN Sidokerto.
Mereka pun melaksanakan outbound bersama pada Minggu (30/4) di Pandaan, Pasuruan. Sebanyak 25 anak dengan berbagai keterbatasan diikutkan. Mulai jenjang kelas I sampai VI. Tidak ketinggalan, orang tua mereka pun diajak. ’’Sekaligus melakukan kegiatan parenting dengan orang tua agar selalu bisa jadi teladan untuk anak-anaknya,’’ ujar Sri.
Saat outbound anak-anak hebat bermain adu cepat memindahkan bola plastik kecil dengan menggunakan piring plastik. Mereka mengambil bola dari rekan di depannya, lalu memindahkannya ke teman yang ada di belakang. Dengan begitu, bola bisa sampai tujuan. ’’Ini untuk melatih tanggung jawab dan kerja sama mereka,’’ ucap Sri.
Permainan tersebut tidak bisa diselesaikan sendiri. Perlu orang lain untuk mencapai tujuan. Selain itu, butuh komunikasi yang baik agar bisa berkoordinasi dengan yang lain. Sisi tanggung jawabnya, mereka harus menyelesaikan tugas memindahkan bola.
Selain permainan bola, ada adu cepat memecah balon serta beragam kegiatan outbound lainnya. Anak-anak hebat itu juga makan bersama untuk belajar saling berbagi. Juga, naik perahu dengan tujuan melatih keberanian. ’’Betapa bahagianya mereka dihargai dan dilayani. Ini hal baru dan harapannya semoga masyarakat tahu bagaimana dan mengapa harus inklusif,’’ katanya.
Bukan hanya masyarakat, lembagalembaga sekolah dasar juga harus bisa melayani, melaksanakan, dan menghargai anak-anak hebat dengan maksimal. Jadi, wali murid tidak sulit mencari sekolah inklusif. ’’Anak berkebutuhan khusus bisa sekolah dekat domisili mereka, tidak harus susahsusah cari sekolah inklusi yang jauh,’’ ungkap Sri.
Di SMAN 3 Sidoarjo, semarak Hardiknas diperingati dengan saling berbagi. Sabtu lalu (29/4) mereka melaksanakan bakti sosial di sekitar sekolah, panti asuhan, serta murid yang membutuhkan. Mereka membagikan ratusan bingkisan yang berisi bahan pokok. Bukan hanya siswa, guru pun ikut berpartisipasi.
’’Sebelum terjun keliling ke warga, mereka mendapat materi agama dari Ustad Agus Mustofa. Belajar dan berdoa bersama sekaligus memperingati Isra Mikraj dan Hardiknas,’’ tutur Kepala SMAN 3 Sidoarjo Eko Redjo Sunariyanto kemarin.
Bukan hanya materi, ilmu pun harus dibagikan. Sebab, manusia yang baik adalah yang bermanfaat bagi sesama. ’’Siswa juga ada yang sudah terbiasa menjadi volunter sehingga bisa membantu mengajari anak-anak di sekitar sini,’’ katanya.
Mereka membantu mengajar ke panti asuhan, pondok pesantren, serta anak lain yang menbutuhkan. ’’Biasanya di daerah Sekardangan atau Jasem,’’ tambah Eko.
Sementara itu, Kepala Bidang PAUD Dikmas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sidoarjo Sri Sutarsi memiliki beberapa harapan dalam Hardiknas 2017. Pertama, bangkitkan gerakan literasi nasional serta pembentukan keteladanan. Dia juga akan membuat pemetaan untuk memenuhi delapan standar pendidikan. ’’Salah satunya, mendorong terealisasinya akreditasi,’’ ucap Sri.
Kedua, penjaringan anak tidak sekolah pada usia sekolah. Ketiga, pendidikan bisa sukses karena keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, harus ada kegiatan yang mencakup ketiganya. ’’Misalnya, sosialisasi dan realisasi pendidikan keluarga untuk PAUD (pendidikan anak usia dini),’’ jelasnya. (uzi/c15/dio)