PRODUKSI SENDIRI UNTUK PENUHI PASAR
Predikat Kota Santri yang melekat pada Gresik turut mengerek bisnis hijab. Dampaknya, perkembangan bisnis hijab dan sejenisnya tumbuh subur. Agar setiap pelaku usaha memiliki trik, strategi, dan ciri khas tersendiri.
survive,
SEBUT saja gerai hijab Geulis Shopping yang berdiri dua tahun lalu. Gerai tersebut dijalankan Annisaa’ul Maghfiroh. Mahasiswa Manajemen Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) itu menyatakan meneruskan bisnis yang dirintis sang mama. Namun, dia mengubah branding dan cara pemasaran menjadi lebih segar dan muda.
Karena itu, Annisaa membuat akun media sosial khusus untuk mempromosikan hijab yang dijual. Model hijab yang dijual memperhatikan selera anak muda zaman sekarang. Namun, dia konsisten tidak menghilangkan selera kalangan ibuibu.”Kalau ibu-ibu itu suka hijab syari dan khimar yang panjangnya sampai 60 sentimeter. Anak muda lebih ke model hijab segi empat atau pashmina katun,” ujarnya.
Perempuan 19 tahun itu pun tidak hanya mengandalkan barang dari penyuplai. Dia juga berinisiatif untuk memproduksi sendiri beberapa model hijab yang lagi naik daun. ”Belajar dari pengalaman sih. Kalau cuma ambil dari supplier, hijab sering kali habis. Padahal, yang nyari masih banyak,” tuturnya.
Annisaa mempekerjakan dua penjahit pribadi yang membantunya memproduksi hijab. Tujuannya, bisa memenuhi permintaan warna maupun pembelian dalam jumlah tertentu. Dalam sekali produksi, dia bisa menghasilkan 50 pieces hijab aneka model. Di antaranya, hijab segi empat paris kombinasi rempel katun bermotif klupukupu serta segi empat lace tassel dan rempel.
Memproduksi hijab sendiri juga dilakukan Lipa Khusnawati, owner gerai Hijabku di kawasan Jalan Jawa. Khusna, sapaan akrabnya, melabeli hijab buatannya dengan brand namanya sendiri. Perempuan asal Lamongan itu lebih banyak memproduksi pashmina instan atau pashtan. ”Awalnya terinspirasi dari hijab Malaysia yang serbainstan dan langsung pakai
katanya. Pashtan, lanjut Khusna, disukai karena simpel dan tidak ribet. Langsung pakai dan sudah dibentuk menjadi model tertentu. ”Kalau inovasi dari segi model, memang harus variatif. Yang terpenting itu simpel sehingga memudahkan pemakainya,” paparnya. Pashtan buatan Khusna juga punya ciri khas tersendiri. Yakni, didominasi warna-warna pastel. Antara lain, peach, baby
biru muda, dan krem. ”Warna-warna kalem lebih elegan dan multifungsi dibandingkan yang mencolok,” ucapnya.
Model yang variatif juga disebut Rachma Lia Ariyanti menjadi salah satu kunci bisnis hijabnya berkembang. Perempuan yang kini memiliki tiga gerai hijab itu mengatakan, dirinya lebih fokus ke gamis dan hijab syari. Dia mengungkapkan, motif dan bahan harus selalu update agar tidak ketinggalan zaman.
Misalnya, motif bintang, kupukupu, hati, bunga, hingga abstrak ramai dicari. Begitu juga bahan gamis. ”Di Gresik sendiri banyak yang suka bahan-bahan adem yang bisa melar. Kayak bahan sukizi, balotelli, dan maxmara,” jelas Rachma.
Saking update- nya, perempuan 31 tahun itu mendatangkan gamis dan hijab setiap seminggu sekali. Beragam kerudung atau hijab syari seperti model penguin dan laser memenuhi koleksinya. ”Kalau ditanya ciri khas sih, saya emang khusus yang syari. Selain itu, saya banyak sediakan set syari di bawah Rp 100 ribu. Jadi dikenal murah,” tambahnya. (hay/c15/ai)