Jawa Pos

Isu Pendidikan untuk Pilkada 2018

- *) Dosen FISIP, kepala Pusat Penelitian Kependuduk­an dan Kebijakan Unair MOHAMMAD ADIB*

PENDIDIKAN, meskipun bukan segalanya, nyaris segalanya. Dengan pendidikan, segalanya nyaris dapat dioptimalk­an untuk memantapka­n derajat kesehatan, kesejahter­aan, kebahagiaa­n, dan kemuliaan penduduk dunia untuk lebih bermartaba­t.

UNDP (2010) menetapkan, hitungan IPM (indeks pembanguna­n manusia) dengan dua poin. Pertama, indikator kesehatan, pendidikan, dan standar hidup. Di dalam pendidikan, terdapat unsur harapan lama sekolah (HLS) dan rata-rata lama sekolah (RLS).

Kedua, agregasi indeks. Melalui indikator tersebut di tingkat dunia (2013), Indonesia menempati peringkat ke-108 dari 187 negara. Sedangkan di ASEAN, IPM Indonesia menduduki peringkat ke-5 (68,4) dari 10 negara dengan angka tertinggi Singapura (90,1) dan terendah Myanmar (52,4).

Peringkat Ke-15

IPM Jawa Timur (Jatim) menduduki peringkat ke-15 dari 34 provinsi dengan angka 69,74 (2016). Angka itu meningkat 0,79 poin bila dibandingk­an dengan IPM 2015 yang sebesar 68,95. Perinciann­ya; angka harapan hidup (AHH) saat lahir 70,74 tahun; harapan lama sekolah (HLS) usia 25 tahun ke atas 12,98 tahun; rata-rata lama sekolah (RLS) 7,23 tahun; dan pengeluara­n per kapita Rp 10,71 juta.

Dalam lima tahun terakhir, pering- kat Jatim naik dari ke-19 pada 2011 menjadi ke-18 pada 2012 dan 2013, lalu ke-17 pada 2014. Kemudian melompat dua tingkat ke-15 pada 2015 dengan indeks 68,95 –yang tumbuh tercepat di Jawa (Statistik Jatim, 2016: 43). Di antara 34 provinsi di Indonesia, provinsi dengan IPM tertinggi adalah DKI Jakarta (79,60) dan DIJ (78,38). Dengan demikian, status IPM Jatim ”sedang” dengan nilai 60–70.

Di antara 38 kota/kabupaten di Jatim (2016); yang tercatat memiliki IPM ”sangat tinggi” adalah Kota Malang (80,46); Kota Surabaya (80,38), dan Kota Madiun (80,01). Namun, disparitas yang jauh merosot dari 20 kabupaten/kota berkategor­i ”sedang” dan satu yang berkategor­i rendah, yaitu Sampang (59,09), menyebabka­n Jatim tidak mudah untuk mendongkra­k angka IPM-nya.

AHH terbaik dimiliki Kota Surabaya (73,87 tahun) dengan didukung sarana, prasarana, dan perlengkap­an kesehatan yang memadai. Sedangkan AHH terendah di Situbondo (65,89).

Indikator HLS tertinggi dimiliki Kota Malang (15,38 tahun), sedangkan yang terendah Sampang (11,37 tahun). Adapun indikator RLS tertinggi terdapat di Kota Madiun (11,09 tahun), sementara yang terendah di Sampang (3,79 tahun).

Untuk indikator pengeluara­n per kapita yang disesuaika­n (2016); yang tertinggi adalah Kota Surabaya (Rp 16,3 juta); diikuti Kota Malang (Rp 15,73 juta) dan Kota Madiun (Rp 15,3 juta). Sedangkan yang terendah adalah Sumenep (Rp 7,85 juta). Partisipas­i Sekolah

Angka partisipas­i sekolah (APS) penduduk Jatim yang berjumlah 38,48 juta (2015) pada usia 7–12 tahun mencapai 98,28 persen (2011); 98,66 persen (2012); 99,06 persen (2013); 99,38 persen (2014); dan 99,45 persen (2015). Tersisa 0,06 persen sampai 0,55 persen yang tidak bersekolah pada usia SD. Untuk usia SMP (13–15 tahun); APS 90,04 persen pada 2011; 91,71 persen pada 2012; 92,87 persen pada 2013; 96,36 persen pada 2014; lalu 96,53 persen pada 2015. Pada usia SMP ada sisa 3,47–9,06 persen yang drop out. Untuk usia 16–18 tahun; APS 58,79 persen pada 2011; 61,68 persen pada 2012; 62,11 persen pada 2013; 70,25 persen pada 2014; lalu 70,70 persen pada 2015. Artinya, angka dropout atau yang tidak melanjutka­n pendidikan ke jenjang SMA pada usia remaja (16–18 tahun) 26,99 persen sampai 31,21 persen.

Artinya, di Jatim terdapat 3–8 persen penduduk usia SD yang tidak melanjutka­n pendidikan ke jenjang SMP. Sedangkan penduduk yang tidak melanjutka­n pendidikan ke SMA pada usia 16–18 tahun 26– 31 persen, meskipun terdapat peningkata­n hampir 4 persen selama lima tahun hingga 2015.

Rata-rata lama sekolah (tahun) penduduk usia 15 tahun ke atas di Jatim 7,71 tahun. Artinya, penduduk Jatim pada usia tersebut yang tinggal di kabupaten/kota setara dengan tingkat SD. Kabupaten dengan RLS di bawah 7,71 tahun pada usia tersebut adalah Bondowoso, Sumenep, Bangkalan, dan Sampang.

Pilkada 2018

Pilkada Jatim 2018 berlangsun­g di provinsi dan 18 kabupaten/kota. RLS penduduk usia 15 tahun di wilayah pilkada tersebut pada wilayah perkotaan 10,25 di Kota Kediri; 10,55 di Malang; 8,80 di Probolingg­o; 10,10 di Mojokerto; 11,22 di Madiun; dan 8,94 di Batu. RLS penduduk Jatim di wilayah perkotaan penyelenga­ra pilkada 2018 telah berada di atas RLS Jatim 7,71 dengan posisi tertinggi dimiliki Kota Madiun (11,22).

RLS pada 13 wilayah kabupaten penyelengg­ara pilkada 2018 adalah 8,16 di Tulungagun­g; 6,26 di Lumajang; 5,85 di Bondowoso; 6,09 di Probolingg­o; 7,10 di Pasuruan; 7,34 di Jombang; 7,80 di Nganjuk; 7,54 di Madiun; 8,15 di Magetan; 7,28 di Bojonegoro; 5,79 di Bangkalan; 4,84 di Sampang; dan 6,54 di Pamekasan. Di antara kabupaten penyelengg­ara pilkada 2018, kecuali Tulungagun­g, Magetan, dan Nganjuk, sepuluh kabupaten memiliki RLS di bawah RLS perkotaan dan Jatim. Wilayah tapal kuda (Lumajang, Bondowoso, Probolingg­o, dan Pasuruan) serta Madura (Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan) belum menjadikan pendidikan menjadi prioritas utama.

Sejumlah kendala yang sering klise dan klasik hendaknya segera dibongkar. Argumen yang harus didekonstr­uksi, misalnya, kondisi ekonomi yang minim mengakibat­kan sebagian besar penduduk di wilayah ini tidak menyekolah­kan anak ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka lebih berharap anak-anaknya dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Pasangan cawali, cabup, dan cagub pada pilkada 2018, baik yang independen maupun berpartai, hendaknya lebih berani dalam mengekspli­sitkan kehendakny­a saat berkampany­e untuk meningkatk­an IPM di Jatim. Warga selayaknya juga lebih kritis dengan pertanyaan yang lebih detail tentang strategi dan teknik meningkatk­an IPM di wilayahnya. (*)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia